DASAR-DASAR LOGIKA
RESUME
BAB I
PENDAHULUAN
A. ARTI LOGIKA, PENALARAN, DAN ARGUMEN
Perkataan
"logika" atau "logis" atau "logikal" sudah sering
kita dengar dan kita gunakan. Dalam bahasa sehari-hari, perkataan "logika" atau
"logis" atau "logikal"
menunjuk pada cara berpikir atau cara hidup atau sikap hidup tertentu,
yakni yang masuk akal, yang reasonable.
Dalam arti
teknis atau ilmiah, perkataan logika menunjuk
pada suatu disiplin. Yang dimakud dengan “disiplin" di sini adalah "disiplin ilmiah” yakni kegiatan intelektual yang dipelajari untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bidang tertentu secaia sistematik-rasional terargumentasi dan terorganisasi yang terikat atau tunduk pada aturan-aturan prosedur (metode) tertentu. Setiap disiplin mewujudkan satu ilmu atau satu cabang ilmu tertentu Misalnya, Biologi adalah sebuah disiplin yang termasuk disiplin llmu-ilmu Alam; Mikrobiologi adalah suatu disiplin atau sub-.disiplin yang termasuk disiplin Biologi.
pada suatu disiplin. Yang dimakud dengan “disiplin" di sini adalah "disiplin ilmiah” yakni kegiatan intelektual yang dipelajari untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bidang tertentu secaia sistematik-rasional terargumentasi dan terorganisasi yang terikat atau tunduk pada aturan-aturan prosedur (metode) tertentu. Setiap disiplin mewujudkan satu ilmu atau satu cabang ilmu tertentu Misalnya, Biologi adalah sebuah disiplin yang termasuk disiplin llmu-ilmu Alam; Mikrobiologi adalah suatu disiplin atau sub-.disiplin yang termasuk disiplin Biologi.
1.
Klasifikasi disiplin llmiah
Ada 2 displin ilmiah,
yaitu :
-
Disiplin Non-empirik adalah isiplin Non-empiris adalah
kegiatan intelektual untuk secara
rasional memperoleh pengetahuan yang tidak tergantung atau bersumber pada pengalamary
jadi, kebenaran-kebenarannya tidak memerlukan pembuktian (verifikasi) empirikal melainkan cukup
dengan pembuktian rasional (rational proof) dan
konsistensi rasional.
-
Disiplin Empirik adalah Disiplin Empirik adalah
kegiatan intelektual yang secara rasional berusaha memperoleh pengetahuan
faktual tentang kenyataan aktual, dan karena itu bersumber pada empiri atau pengalaman.
- Objek Material dan Oblek Formal
Objek studi ini dibedakan alam dua jenis, yakni objek material dan objek formal. Objek
material adalah segala sesuatu yang
dipelajari manusia secara rasional sistematis. Objek material ini meliputi alam semesta dengan segala isinya, termasuk
manusia. Jadi, pada dasarnya objek material dari semua disiplin adalah sama.Yang membedakan
antara suatu disiplin dari yang
lainnya adalah objek formalnya. Objek formal adalah objek material dipandang dari sudut
tertentu, yakni dari sudut atau dalam konteks suatu pertanyaan inti serta dengan menggunakan metode tertentu.
- Tempat
Logika Sebagai Disiplin llmiah
Yang melahirkan logika sebagai sebuah disiplin ilmiah adalah Aristoteles, Theoprostus, Dan Rarrm Stoa yang
karya-karyanya menghasilkan apa yang sekarang disebut Logika Klasik
(dahulu kadang-kadang disebut Logika Tradisional). Sebagai
suatu disiplin, Logika itu termasuk ke dalam bidang refleksi kefilsafatan. Filsafat adalah kegiatan intelektual yang secara kritis-radikal
mencoba memahami hakikat sesuatu,
atau sejauh yang dapat d'rjangkau oleh akal budi mencari sebabsebab terdalam
dari segala sesuatu dengan segala implikasinya, berdasarkan kekuatan akal budi tanpa-menggantungkan diri pada
otoritas manapun juga.
- Objek Materiat Logika: Arti Berpikir
Objek
material adalah adalah segala sesuatu yang dipelajari manusia,
yang meliputi dunia alam sernesra dan
dunia manusia sendiri. objek material
dari Logika adalah proses rohani
atau kegiatan akal budi yang berada
dalam kerangka bertanya dan berusaha untuk
memperoleh jawaban. Faktor-faktor
yang akan memaksa manusia untuk berpikir antara
lain:
1) Jika
pernyataan atau pendiriannya dibantah oleh orang lain (atau dirinya sendiri);
2) Jika
dalam lingkungannya terjadi perubahan secara mendadal( atau terjadi peristiwa yang tidak diharapkan;
3) Jika ia
ditanya;
4) Dorongan
rasa ingintahu
- Penalaran
Kegiatan
berpikir itu berwujud proses dalam akal budi yang berupa gerakan dari satu pikiran ke pikiran yang lain. Dalam kegiatan beipikir, kegiatan menghubungkan pikiran-pikiran itu diarahkan untuk
memunculkan sebuah kesimpulan. proses dalam akal budi yang berupa kegiatan
menghubungkan satu pikiran dengan pikiran atau pikiran pikiran lain untuk menarik
sebuah kesimpulan disebut penalaran. Contoh :
Semua makhluk hidup bernafas
Tumbuhan adalah makhluk hidup
Jadi, Tumbuhan bernafas
- Objek Formal Logika
Dari
contoh-contoh tadi, juga tampak bahwa
kegiatan berpikir itu memperlihatkan bentuk atau pola tertentu. Bentuk atau pola itu berupa rangkaian pernyataan
yang memperlihatkan struktur tertentu. Pola rangkaian pernyataan yang
mewujudkan jalan pikiran itulah yang
akan menentukan tepat atau tidak tepatnya jalan pikiran yang bersangkutan. Hal itulah yang dipelajari dalam Logika. Dengan demikian, objek formal dari Logika adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan berpikir manusia dan struktur kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal.
Baca Juga : Tugas Resume Dasar-Dasar Logika 2
Tugas Resume Dasar-Dasar Logika 3
akan menentukan tepat atau tidak tepatnya jalan pikiran yang bersangkutan. Hal itulah yang dipelajari dalam Logika. Dengan demikian, objek formal dari Logika adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan berpikir manusia dan struktur kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal.
Baca Juga : Tugas Resume Dasar-Dasar Logika 2
Tugas Resume Dasar-Dasar Logika 3
- Hukum Berpikir
Dalam
mengembangkan aturan-aturan, metode-metode, dan teknik-teknik tentang cara berpikir yang tepat, Logika mengacu atau
bertolak dari sejumlah asas yang sering
disebut Hukum Berpikir (the Laws of Thought). Asas-asas tersebut mencakup:
1)
Asas ldentitas (Principle of ldentity; Principium
tdentitatis) . Rumus : A adalah A (A = A);
2)
Asas Kontradiksi (Principle of Contradiction;
Principium Controdictionis) Rumus : A
adalah tidak sama dengan bukan A{non-A)
3)
Asas Pengecualian Kemungkinan Ketiga (Principle
of Excluded Middle; Principium Exclusi
rertii) Rumus : setiap hal
adalah A atau bukan-A;
4)
Asas Alasan yang Cukup (Prncipleof Sufficient Reason;Principium Rationis Sufficientis) Rumus : tiap
kejadian harus mempunyai alasan yang cukup.
5)
Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya
dukung dari premispremisnya atau pembuktiannya (Do not go beyond the evidence).
- Premis dan Kesimpulan
Premis adalah
pernyataan yang digunakan sebagai
dasar untuk menarik sebuah pernyataan yang disebut kesimpulan, atau pernyataan yang digunakan untuk mendukung atau membenarkan atau membuktikan kebenaran sebuah pernyataan lain yang disebut kesimpulan (sebuah pendirian atau pendapat). Kesimpulan adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan sebuah atau beberapa pernyataan yang disebut premis. Dengan demikian, premis dan kesimpulan adarah pengertian-pengertian koreratif, artinya pengertiaan-pengertian yang berdiri selalu sendiri, berkaitan .
dasar untuk menarik sebuah pernyataan yang disebut kesimpulan, atau pernyataan yang digunakan untuk mendukung atau membenarkan atau membuktikan kebenaran sebuah pernyataan lain yang disebut kesimpulan (sebuah pendirian atau pendapat). Kesimpulan adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan sebuah atau beberapa pernyataan yang disebut premis. Dengan demikian, premis dan kesimpulan adarah pengertian-pengertian koreratif, artinya pengertiaan-pengertian yang berdiri selalu sendiri, berkaitan .
- Argumen atau Argumentasi
Argumen adalah sekelompok pernyataan
yang di daramnya
terdapat satu pernyataan yang dinamakan kesimpulan yang diterima sebagai kesimpulan berdasarkan pernyataan atau pernyataan-pernyataan rainnya dari kelompok pernyataan. itu yang dinamakan premis atau premis-premis.
terdapat satu pernyataan yang dinamakan kesimpulan yang diterima sebagai kesimpulan berdasarkan pernyataan atau pernyataan-pernyataan rainnya dari kelompok pernyataan. itu yang dinamakan premis atau premis-premis.
- Wacana Argumentatif
Pembicaraan yang disebut "
pembicaraan argumentatif, atau wacana argumentatif” adalah pembicaraan
yang mengajukan pendapat atau pandangan yang direngkapi dengan
arasan-arasan atau pertimbangan-pertimbangan untuk meyakinkan kebenaran dari pendapatnya. Dalam pembicaraan itu akan tampak adanya aliran pikiran tertentu untuk sampai pada pendapat yang
diajukannya.
- Jenis Argumen: Deduktif dan lnduktif
Berdasarkan sifat
hubungan antara Premis dan kesimpulan , argument dibagi menjadi dua , yaitu : Argument
deduktif : argument yang premis-premisnya didalam dirinya susah memuat
kesimpulannya. Artinya, kesimpulan sudah ada secara implicit di dalam
premis-premisnya. Hubungan antara
kesimpulan dan premis disebut Konklusif. Argument Induktif : argument yang
belum atau tidak tersirat kesimpulan di dalam premis-premisnya. Artinya,
premis-premis-nya tidak mengimplikasikan kesimpulan. Hubungan antara kesimpulan
dan premis disebut Probabilitas.
B.
VALIDITAS DAN KEBENARAN
Validitas
berasal dari kata validius (bahasa Latin) yang berarti kuat. Dalam kaitan
dengan logika, valid berarti keabsahan atau kesahihan. Dalam
kenyataan masalah kebenaran itu tidak sederhana. Hal Menentukan apakah isi
suatu pernyataan itu sesuai dengan fakta tidaklah mudah. Ada 4 teori kebenaran, yaitu :
1)
Teori Korespondensi yang menyatakan bahwa sebuah
pernyataan adaiah benar jika isinya sesuai dengan atau mencerminkan
kenyataannya sebagaimana adanya.
2)
Teori Koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran
adalah kesesuaian antara sebuah pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya
yang sudah diterima sebagai benar.
3)
Teori Pragmotik yang menyatakan bahwa yang benar
adalah yang efektif.
4)
Teori lntersubjektivitas yang menyatakan bahwa
kebenaran adalah kesesuaian atau konsensus yang dapat dicapai atau diterima
oleh orang, terutama di kalangan para pakar sekeahlian.
Yang
menentukan valid atau tidaknya sebuah argumen adalah bentuk logikal dari
argumen yang bersangkutan, dan bukan isinya atau kebenara n pernyataa
n-pernyataannya.
C.
BENTUK DAN BENTUK LOGIKAL
Secara umum
dapat dipahami bahwa setiap hal mempunyai dua aspek, yakni aspek bahan (material) dan aspek
bentuk (form).

(1) A adalah B.

(3) Jadi, A adalah C.
Bentuk logikal adalah pola-pola susunan rangkaian
pernyataan-pernyataan atau
bentuk pikiran.
D.
LAMBANG DAN LAMBANG LOGIKAL
Lambang adalah tanda yang diciptakan
dan digunakan manusia untuk mengungkapkan sesuatu atau berkomunikasi melalui
konvensi baik secara eksplisit maupun secara implisit (diam-diam). Ada dua macam lambang, yakni lambang
verbal dan lambang non-verbal.
Lambang verbal
adalah lambang-lambang berupa perkataan-perkataan.
Sedangkan Lambang
non-verbal adalah lambang yang tidak berupa perkataan
biasa. Lambang
non-verbal ini ada dua macam, yaitu lambang stenografis dan lambang ilustratif.
BAB
II
KEGIATAN
AKAL BUDI MANUSIA
Jacques
Maritian,Formal Logic,1937 :.Tiga langkah kegiatan akal
budi itu adalah:
1. Kegiatan Akal Budi Tingkat
Pertama : Aprehensi Sederhana (Simple Apprehension).
Pada kegiatan
ini yang terjadi adalah akal budi (intelek) secara langsung
melihat, mempersepsi, menangkap atau mengerti sesuatu atau objek tertentu. Kegiatan ini menghasilkan terbentuknya "idea" atau"gagasan" tentang hal atau objek tertentu itu. Jadi, produk dari kegiatan Aprehensi Sederhana adalah terbentuknya konsep dalam aram pikiran. Konsep tentang sesuatu har itu akan diungkapkan daram bentuk lambang yang berupa perkataan,
melihat, mempersepsi, menangkap atau mengerti sesuatu atau objek tertentu. Kegiatan ini menghasilkan terbentuknya "idea" atau"gagasan" tentang hal atau objek tertentu itu. Jadi, produk dari kegiatan Aprehensi Sederhana adalah terbentuknya konsep dalam aram pikiran. Konsep tentang sesuatu har itu akan diungkapkan daram bentuk lambang yang berupa perkataan,
2. Kegiatan Akal Budi Tingkat
Kedua : Keputusan (Judgment).
Pada tingkat ini yang terjadi adalah tindakan akar budi yang berupa
mengerompokkan dan menghubungkan dua konsep (idea). Dalam proses ini, salah
satu konsep disebut subjek, dan yang lainnya dinamakan predikat. Kedua konsep ini dihubungkan dengan jalan
disusun sedemikian rupa sehingga mewujudkan sebuah penilaian. Penitaian ini adalah
berupa menentukan apakah kedua konsep ini sama
atau tidak, atau apakah konsep yang satu
termasuk ke daram konsep yang lain atau tidak. Hasilnya adalah berupa keputusan.
- Kegiatan Akal Budi Tingkat Ketiga : Penalaran (Reasoning)
.pada tingkat ini yang
terjadi adalah: akal budi manusia melihat atau memahami sekelompok proposisi yang dalam llmu Logika disebut proposisi anteseden. Kemudian berdasarkan pemahaman tentang proposisi
anteseden itu atau pemahaman tentang hubungan antara proposisi-proposisi anteseden itu, akal budi menarik atau membentuk sebuah proposisi baru yang disebut proposisi konsekuen atau kesimpulan.
anteseden itu atau pemahaman tentang hubungan antara proposisi-proposisi anteseden itu, akal budi menarik atau membentuk sebuah proposisi baru yang disebut proposisi konsekuen atau kesimpulan.
BAB
III
KONSEP
A.
PENGERTIAN KONSEP
Perkataan
konsep berasal dari bahasa Latin, yakni dari kata kerja “concipere” yang berarti mencakup, mengandung, menyedot, mengandung, menangkap. Atau kata bendanya “conceptus”
yang secara harfiah berarti : tangkapan. Jadi, Perkataan konsep berarti: hasil tangkapan intelek atau akal budi manusia atau sinonimnya adalah ide.
B.
CIRI-CIRI DAN LUAS KONSEP
Sebuah
konsep adalah suatu pengertian sebuah objek tertentu. Dapat dikatakan bahwa
konsep itu adalah suatu perwakilan universal dari sejumlah objek yang memiliki unsur-unsur esensial yang mirip (dicirikan
dengan kualitas sekunder dan primer). Setiap konsep selalu mempunyai dua aspek yaitu: aspek komprehensi
(denotasi) dan Aspek
Ekstensi (Konotasi).
C.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
1.
Definisi
Membuat
definisi merupakan kemapuan dasar bagi setiap orang yang berminat mempelajari sebuah ilmu
pengetahuan.
a.
Definisi Nominal
Penjelasan
sebuah konsep berdasarkan asal usul kata atau arti kata/konsep tersebut. Arti
kata dicari dalam kamus. Definisi ini juga disebut definisi literer; atau
Etimologi.
Contoh : "Manajemen" berasal dari bahasa prancis kuno “menegement” yang berarti seni
melaksanakan atau mengatur.
b.
Definisi Real
Definisi Real adalah penjelasan tentang konsep yang kita maksudkan
dengan cara menyebutkan unsur-unsur pokok/ciri-ciri utama konsep tersebut. Yang termasuk dalam Definisi Real adalah:
·
Definisi Hakiki: Definisi yang yang di dalam
rumusannya menyebutkan genus proximum (kelas terdekat) dan pembeda spesifik.
·
Definisi Gambaran: Definisi yang dibuat dengan
menyebutkan semua ciri konsep yang dimaksud. - Definisi Sebab – Akibat.
·
Definisi tujuan: Definisi yang dibuat dengan
menyebutkan tujuan. Maksud atau martabat dari sebuah konsep.
2.
Klasifikasi
|
![]() |
Aturan Klasifikasi
Ketika kita membuat klasifikasi, pedu
diperhatikan beberapa aturan berikut ini:
1.
Pembagian harus lengkap, merinci
keseluruh, ke dalam bagian-bagian sehingga tampil sebagai sebuah kesatuan.
2.
Pembagian harus memisahkan: bagian
yang satu tidak termasuk ke dalam bagian yang lainnya.
3.
Pembagian harus menggunakan dasar
yang sama.
4.
Penggolongan sesuai dengan tujuan
yang mau dicapai.
BAB
IV
PROPOSISI
A. PENYATAAN DAN PROPOSISI
Dalam pembicaraan
terdahulu telah sering digunakan perkataan “pernyataan”. Perkataan pernyataan mempunyai arti ganda. Pertama, perkataan “pernyataan” berarti apa yang diungkakpkan. Kedua, perkata an "pernyataan" dapat berarti atau menunjuk pada rumusan verbal atau ekspresi verbal berupa rangkaian kata yang
digunakan untuk mengemukakan apa
yang hendak dikemukakan.
Proposisi adalah
arti pertama dari perkataan"pernyataan”. Dilihat dari sudut isi atau
substansinya, pada hakikatnya proposisi adalah pendirian atau pendapat
tentang suatu hal, yakni pendirian atau pendapat tentang hubungan antara
dua hal. Terhadap
proposisi dapat dikenakan penilaian benar
atau salah, karena pendirian seseorang tentang hubungan antara dua hal itu
dalam kenyataan dapat benar, dapat
juga salah.
B. PENGERTIAN PROPOSISI
Dilihat dari
sudut bentuknya, proposisi itu adalah sebuah pernyataan tentang hubungan antara dua konsep(kelas). Sebuah konsep yang dihubungkan dengan konsep lain sedemikian rupa yang
membentuk sebuah proposisi disebut term. Hubungan antara konsep-konsep itu
adalah berupa penentuan apakah konsep
yang satu membenarkan (mengiyakan) atau menyangkal konsep yang lainnya.
C.
EMPAT BENTUK DASAR PROPOSISI TRADISIONAL
Nama proposisi
|
Rumus
|
Lambang
|
|
Rumus
|
Nama
|
||
Universal Afirmatif
Universal Negatif
Partikular Afirmatif
Partikular Negatif
|
Semua S adalah P
Semua S adalah bukan P
Beberapa S adalah P
Beberapa S adalah bukan P
|
SaP
SeP
SiP
SeP
|
A
E
I
O
|
D.
DISTRIBUSI TERM
Proposisi
|
Term subjek
|
Term predikat
|
A
E
I
O
|
D
D
TD
TD
|
TD
D
TD
D
|
Ket : D= distribusi
TD
= tidak didistribusi
E. PROPOSISI SEDERHANA DAN
PROPOSISI MAJEMUK
Proposisi sederhana adalah proposisi yang hanya memiliki satu subjek dan satu
predikat. Proposisi
majemuk adalah proposisi yang tersusun atas dua atau lebih proposisi sederhana. Proposisi majemuk ada 2, yaitu
: Proposisi Kompositif dan Proposisi Konjungtif. Proposisi kompositif terdiri atas
proposisi hipotetikal, proposisi alternatif dan proposisi disjungtif.
Proposisi hipotetikal
adalah proposisi majemuk yang salah satu proposisi komponennya merupakan akibat
dari proposisi komponen yang lainnya. Bentuk logikal proposisi hipotetikal adalah sebagai Berikut:
"jika...,maka...."
" lf . .., then . .
.."
Proposisi Alternatif
adalah proposisi majemuk yang terdiri atas dua proposisi komponen, dan salah satu dari
proposisi komponennya adalah benar tanpa menutup bahwa dua-duanya benar. Bentuk logikalnya
adalah:
"Atau...,atau.."
"Either..., or...."
Proposisi Disjungtif
adalah proposisi majemuk yang terdiri atas dua proposisi komponen yang dua-duanya salah. Bentuk logikalnya adalah sebagai
berikut:
"tidak demikian halnya,
bahwa...dan...."
" Adalah tidak benar
bahwa ... dan ....."
"Neither...,nor...."
Proposisi Konjungtif adalah proposisi majemuk yang
proposisi-proposisi komponennya sama derajatnya, dan masing-masing dapat dikemukakan yang satu lepas dari yang lain tanpa
berubah maksudnya.
Bentuk logika :
"..., dan ...."
F. HUBUNGAN ANTAR PROPOSISI
Menurut J.N. Keynes ada 7 jenis kemungkinan hubungan antar-proposisi. Yaitu :
1.
Hubungan Ekuivalensi atau Ko-implikasi.
Hubungan ini menunjuk pada dua
proposisi yang menyatakan hal yang sama.
2.
Hubungan Bebas
Dua
proposisi dikatakan terhubung secara bebas, jika benar-salahnya yang satu tidak mengimplikasikan
benar-salahnya yang lain.
3.
Hubungan Superimplikasi
Dua
proposisi dikatakan terhubung secara superimplikasi, jika kebenaran yang satu mengimplikasikan
kebenaran yang kedua, tanpa mengharuskan kebenaran yang kedua mengimplikasikan kebenaran
yang pertama.
4.
Hubungan Subimplikasi.
Pengertian
hubungan subimplikasi sama dengan pengertian superimplikasi, tetapi dilihat dari sudut
proposisi partikularnya.
5.
Hubungan Kontraris.
Dua
proposisi dikatakan terhubung secara kontraris, jika kedua proposisi itu tidak dapat dua-duanya benar,
namun dapat terjadi dua-duanya salah.
6.
Hubungan Subkontraris
Hubungan antara dua proposisi yang
tidak dapat dua-duanya salah namun dapat terjadi dua-duanya benar.
7.
Hubungan Kontladikli (Hubungan
Penyangkalan).
Hubungan kontradiksi adalah
hubungan antara dua proposisi yang tidak dapat dua-duanya benar atau dua-duanya
salah.
BAB
V
PENALARAN
A. PENGERTIAN INFERENSI
Dipandang dari
sudut prosesnya, kegiatan penalaran itu tersusun atas dua tahap. Tahap pertama adalah tahap pemahaman sebuah
proposisi atau sejumlah
proposisi dan hubungan di
antara proposisi-proposisi tersebut.Tahap kedua adalah tahap tindakan akal budi memunculkan sebuah proposisi
yang disebut kesimpulan. Tindakan akal
budi memunculkan kesimpulan itu disebut "inferensi”. Jadi,
inferensi adalah tindakan
akal budi berupa tindakan memunculkan sebuah proposisi yang dinamakan kesimpulan dari atau berdasarkan proposisi
(proposisi-proposisi) anteseden
(premis atau premis-premis).
B. INFERENSI LANGSUNG: KONVERSI
DAN OBVERSI
Konversi
adalah proses inferensi langsung yang berupa dari sebuah proposisi tertentu ditarik sebuah
proposisi lain yang subjeknya adalah predikat dari proposisi asal (premis) dan predikatnya
adalah subjek dari proposisi asal.
Kovertend
|
Konverse
|
(A) Semua
S adalah P
(E) Semua S adalah bukan P
(I) Beberapa
S adalah P
(O) Beberapa S adalah bukan P
|
Beberapa P adalah S (I)
Semua P adalah bukan S (E)
BeberapaPadalahS (l)
nihil
|
Obversi
adalah proses inferensi langsung yang berupa menarik dari sebuah proposisi tertentu (proposisi
asal, premis) sebuah proposisi lain (kesimpulan) yang mempunyai sebagai predikatnya
kontradiksi dari term predikat asal, yang disertai dengan mengubah kualitas proposisi
asalnya.
Obvertend
|
Obverse
|
(A) Semua
S adalah P
(E) Semua S adalah bukan P
(I) Beberapa
S adalah P
(O) Beberapa S adalah bukan P
|
Semua S adalah bukan p (E)
Semua S acialah non P (A)
Beberapa S adalah bukan non P (O)
Beberapa S adalah non P (I)
|
C. INFERENSI TIDAK LANGSUNG: SILOGISME
a. Silogisme
Sebuah
silogisme selalu tersusun atas tiga buah proposisi, berkeduduan sebagai
premis-premis, dan satu berkedudukan sebagai kesimpulan. Jika sebuah
inferensi tidak langsung terjadi dalam bentuk menarik kesimpulan berdasarkan
dua premis saja, maka inferensi tidak langsung itu dinamakan silogisme.
b. Aturan Dasar Silogisme
1.
Silogisme terdiri atas hanya tiga
proposisi.
2.
Tiap proposisi dirumuskan dalam salah
satu bentuk dari proposisi tradisional, yakni proposisi A, E, l, dan O.
3.
Tiap silogisme memuat hanya tiga
term.
c. Aksioma Silogisme
1.
Sekurang-kurangnya satu term tengah harus
didistribusi.
2.
Term yang di dalam kesimpulan
didistribusi, harus didistribusi juga di dalam premisnya.
3.
Sekurang kurangnya satu premis harus
afirmatif
4.
Jika salah satu premisnya negatif,
maka kesimpulannya juga harus negatif
5.
Jika premis premis dua duanya afirmatif,
maka kesimpulan juga harus
afirmatif.
d. Dalil Silogisme
Berdasarkan Aksioma dapat dijabarkan
tiga Dalil silogisme sebagai berikut ini:
1.
Sekurang-kurangnya satu premis harus
universal.
2.
Jika salah satu premisnya partikular,
maka kesimpulannya juga partikular
3.
Jika premis mayornya partikular, maka
premis minornya harus afirmatif.
D. BENTUK SILOGISME
Bentuk Silogisme adalah wujud silogisme berdasarkan kedudukan {posisi) term tengah di dalam
proposisi-proposisi yang mewujudkan
silogisme yang bersangkutan.
Bentuk
I adalah bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam
premis mayor berkedudukan
sebagai subjek dan di
dalam premis minor berkedudukan sebagai predikat. Ragaan
Bentuk l:
M – P

S - P
Bentuk ll adalah
bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam prernis mayor maupun di dalam premis minor berkedudukan sebagai predikat. Ragaan Bentuk ll:
P – M

S - P
Bentuk lll adalah
bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam premis mayor maupun di dalam premis minor berkedudukan sebagai subjek. Ragaan Bentuk lll:
M – P

S - P
Bentuk lV adalah
bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam premis mayor berkedudukan sebagai predikat, dan di dalarn premis minor
berkedudukan sebagai subjek. Bentuk
lV ini sering disebut juga Bentuk Galenia, berdasarkan anggapan bahwa yang pertama kali mengemukakan bahwa Bentuk
IV juga dapat menghasilkan corak-corak silogisme yang valid adalah Galen. Ragaan Bentuk lV:
P – M

S - P
E. CORAK SILOGTSME
Corak silogisme
adalah wujud silogisme berdasarkan kuantitas dan kualitas dari proposisi proposisi yang membentuk silogisme yang
bersangkUtan. kombinasi proposisi proposisi
tradisional yang dapat menghasilkan
silogisme yang valid adalah kombinasi kombinasi berikut ini: AA, AE, IO, AI, EA, EI, IA, OA.
F. VALIDITAS SILOGISME
Agar valid, maka
silogisme itu harus memenuhi di samping Aturan Dasar, juga semua Aksioma Silogisme. Jika salah satu aksioma tidak dipenuhi, maka
silogisme itu tidak valid. Karena
itu untuk menguji apakah sebuah silogisme valid
atau tidak valid, maka yang pertama
harus dilakukan adalah menguji apakah silogisme itu melanggar Aturan Dasar 3 atau tidak. Jika ternyata Aturan Dasar 3 dilanggar, maka silogisme itu sudah dapat dipastikan tidak valid. Jika ternyata
bahwa silogisme itu memenuhi Aturan
Dasar 3, maka harus melanjutkan pengujian dengan aksioma-aksioma silogisrne secara berturut-turut dimulai dengan
Aksioma Silogisme 1,2,3, dan
seterusnya. Biasanya cukup sampai dengan Aksioma 3. Jika sudah terbukti salah satu dari aksioma itu dilanggar, maka tidak perlu dilanjutkan dengan pengujian oleh aksioma berikutnya, karena jika satu saja aksioma silogisme itu dilanggar maka sudah dapat dipastikan bahwa silogisme itu tidak valid
seterusnya. Biasanya cukup sampai dengan Aksioma 3. Jika sudah terbukti salah satu dari aksioma itu dilanggar, maka tidak perlu dilanjutkan dengan pengujian oleh aksioma berikutnya, karena jika satu saja aksioma silogisme itu dilanggar maka sudah dapat dipastikan bahwa silogisme itu tidak valid
G. DICTUM DE OMNI ET NULLO
Berdasarkan
aturan dasar dan aksioma-aksioma silogisme kita telah dapat rnenentukan
corak-corak silogisme yang tidak valid dalam tiap bentuk silogisme. Atas dasar itu disimpulkan bahwa corak-corak lainnya yang tidak
melanggar aturan dasar dan aksioma
silogisme dianggap valid.Tetapi, dengan membuktikan bahwa corak-corak silogisme tertentu adalah tidak valid,
sesungguhnya belum membuktikan bahwa sisanya
pasti valid. Untuk membuktikan validnya corak-corak silogisme yang lainnya itu, Aristoteles
merumuskan aksioma: "Diktum de
omni et nullo" yang berbunyi:
"Jika pada semua atau setiap anggota dari sebuah kelos (term) diberikan predikat yang afirmatif atau negatif, maka dapat diberikan predikat dengan cara yang sama kepada setiap hal yang termasuk kelas itu”.
"Jika pada semua atau setiap anggota dari sebuah kelos (term) diberikan predikat yang afirmatif atau negatif, maka dapat diberikan predikat dengan cara yang sama kepada setiap hal yang termasuk kelas itu”.
H. POLISILOGISME
Rangkaian
beberapa silogisme yang di dalamnya kesimpulan dari sebuah silogisme menjadi sebuah
premis dari silogisme berikutnya adalah Polisilogisme.
I. INDUKSI
Yang telah
dibicarakan di atas adalah argumen deduktif, yang kesimpulannya sudah tersirat di dalam premis-premis. Agar dapat
dikualifikasi sebagai argurnen yang valid, maka sekurang-kurangnya argumen tersebut harus menriliki satu
proposisi universal sebagai premisnya. Berbeda dari argumen deduktif, pada argumen
induktif kesimpulannya belum tersirat dalam
premis-premisnya, sebab penalarannya bertolak
dari proposisi-proposisi partikular atau singular (yang dalam praktik berpikir merupakan produk pengamatan indrawi) sebagai premis-premisnya, sehingga hubungan antara premis-premis dan kesimpulannya tidak bersifat konklusif, melainkan probabilitas. Karena itu, argumen induktif tidak dapat dikualifikasi valid atau tidak valid, melainkan dinilai berdasarkan derajat tinggi-rendah probabilitasnya.
dari proposisi-proposisi partikular atau singular (yang dalam praktik berpikir merupakan produk pengamatan indrawi) sebagai premis-premisnya, sehingga hubungan antara premis-premis dan kesimpulannya tidak bersifat konklusif, melainkan probabilitas. Karena itu, argumen induktif tidak dapat dikualifikasi valid atau tidak valid, melainkan dinilai berdasarkan derajat tinggi-rendah probabilitasnya.
BAB
VI
KERACUNAN
BERPIKIR
Kerancuan Berpikir, yang dalam bahasa inggris disebut Fallacy. Perkataan Fallacy dalam bahasa lnggris secara umum berarti gagasan atau
keyakinan yang salah (palsu). Kerancuan Berpikir
adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argumen yang tidak tepat atau yang salah
(incorrect argumen). lrving
M. copi (introduction to Logic,1959:5l ) membagi bentuk bentuk argumen yang
rancu itu dalam dua kelompok besar; yakni:
a. Formal Fallacy atau Kerancuan Formal
adalah bentuk-bentuk jalan pikiran
yang keliru yang memperlihatkan bentuk-bentuk luar yang sama dengan bentuk-bentuk argumen yang valid.
b. lnformal Fallocy atau Kerancuan lnformal tidak terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan formal dalam berargumen,
sekurang-kurangnya tidak terjadi pelanggaran secara langsuag terhadap aturan aturan formal.
1. Kerancuan Relevansi
a) Irrelevant conclusion (Ignoratio Elenchi,Konklusi Tidak Relevan)
lrrelevant
Conclusion terjadi jika sebuah argumen yang sesungguhnya dimaksudkan untuk mendukung sebuah kesimpulan
tertentu. namun diarahkan dan digunakan untuk membenarkan sebuah kesimpulan yang lain.
b) Argumentum ad Baculum (Appeal to Force; Merujuk Kekuatan)
Kerancuan
ini terjadi jika orang dengan mendasarkan diri pada kekuatan atau ancaman penggunaan kekuatan
memaksakan agar sebuah kesimpulan diterima atau disetujui. Contoh: seorang dosen mengancam untuk tidak memberikan
kelulusan kepada mahasiswa yang terlalu kritis dan terus membantah dosennya
c) Argumentum ad Hominem
(Abusive)
Kerancuan
ini terjadi jika suatu argumen diarahkan untuk menyerang pribadi orangnya, khususnya dengan menunjukkan
kelemahan atau kejelekan orang yang bersangkutan, dan tidak berusaha untuk secara rasional membuktikan bahwa apa yang dikemukakan orang yang diserang itu adalah salah. Contoh: “Gus Dur
dianggap tidak mampu menjadi presiden karena tidak mampu melihat”
d) Argumentum ad
Hominem ( Circumstantial)
Keracunan
ini terjadi, jika sebuah argument diarahkan kepada orangnya dalam kaitan dengan
situasi orang itu sendiri.
e) Argumentum ad
Ignorantiam
Keracunan
ini terjadi, jika sesuatu hal ditanyakan benar semat-mata karena belum
dibuktikan bahwa hal itu salah, atau sebaliknya.
f) Argumentum ad
Misericodiam(Menggugah Rasa Iba)
Keracunan
ini terjadi, jika rasa kasihan digugah untuk mendorong diterimanya suatu kesimpulan. Contoh : “ seorang
mahasiswa yang minta belas kasihan dosen untuk diluluskan mata kuliah tertentu
karena terancam dop out”.
g) Argumentum ad Populum
Keracunan
ini terjadi, jika orang berupaya mengungkapkan dan memenangkan suatu pendapat
atau pendirian dengan jalan menggugah perasaan atau emosi. Contoh klasik pada
pidato Adolf Hitler yang memecut rasis para pendengar jermannya.
h) Argumentum ad Verecundiam
Keracunan
ini terjadi, jika usaha untuk memperoleh pembenaran atau dukungan atas suatu kesimpulan (pendapat) dilakukan dengan jalan mendasarkan diri pada kewibawaan orang
terkenal. Contoh : Keungguluan Camera HP
X yang dibintangi oleh Agnez Mo”
i)
False
Cause (Kausa palsu)
Kausa Palsu
adalah suatu argumen yang secara tidak tepat menyatakan adanya hubungan kausal (sebab akibat) antara dua hal atau
lebih, padahal hubungan kauial itu sebenarnya tidak ada. Kausa palsu ada dua
jenis, yaitu:
a. "Non
causa Pro causa": Kerancuan ini terjadi jika sesuatu yang bukan sebab dinyatakan sebagai sebab dari sesuatu hal.
b. "Post Hoc Ergo Propter hoc”: argumen yang menarik suatu kesimpulan bahwa suatu kejadian adalah sebab dari terjadinya suatu peristiwa
tertentu semata-mata berdasarkan alasan bahwa kejadian
yang disebut pertama itu terjadi lebih dahulu
dari peristiwa tertentu tersebut.
j) Complex Questions (Pertanyaan Majemuk)
Kerancuan ini
terjadi jika diajukan sebuah pertanyaan majemuk tetapi kemajemukannya tidak
diketahui atau dikaburkan dan untuk pertanyaan tersebut dituntut hanya sebuah jawaban tunggal. Misalnya: “Apakah engkau sudah menghentikan kebiasaan merokokmu?”
k) Begging the Question (Petitio Principii)
Mengasumsikan
kebenaran dari apa yang mau dibuktikan sebagai benar dalam upaya untuk membuktikan kebenarannya. Contoh :
“Orang sunda umumnya bersuara lembut dan
berwatak ramah. Ketika kita berbicara dengan orang sunda pasti bersuara lembut
dan berwatak Ramah”.
2. Kerancuan Ambiguitas
a)
Ekuivokasi
Kerancuan
Ekuivokasi akan terjadi, jika perkataan yang sama digunakan dalam arti yang berbeda di dalam konteks yang sama. Misalnya: “ Gula itu penting untuk menambah energy maka orang
sakit perlu mengkonsumsi cukup gula termasuk yang menderita diabetes”
b) Amphiboly
Kerancuan
ini terjadi, jika didalam suatu argumen dikemukakan suatu pendirian berdasarkan premis-premis yang mempunyai arti ganda. Arti ganda itu disebabkan oleh konstruksi gramaikal. Misalnya: “ dijual kursi bayi tanpa lengan”
c) Aksentuasi
Kerancuan
ini terjadi bila dalam suatu argumen terjadi perubahan makna yang disebabkan oleh penekanan
(aksentuasi) pada bagian atau perkataan tertentu dari argumen atau pernyataan yang bersangkutan. Misalnya: “ Apel (buah) Apel (upacara)”
d) Komposisi
Kerancuan
ini terjadi jika orang dalam berargumen mencampur
adukkan antara unsure-unsur dan keseluruhan. Contoh : “ Mur itu sangat ringa,
karena itu tentunya mesinnya juga ringan”
e) Divisi
Kerancuan
ini terjadi, jika berdasarkan apa yang belraku bagi keseluruhan
ditarik kesimpulan bahwa hal yang sama
juga berlaku bagi bagian-bagian.
0 komentar: