Sabtu, 25 Juli 2020

TUGAS RESUME-DASAR-DASAR LOGIKA 1


DASAR-DASAR LOGIKA
RESUME


BAB I
PENDAHULUAN

A.    ARTI LOGIKA, PENALARAN, DAN ARGUMEN
Perkataan "logika" atau "logis" atau "logikal" sudah sering kita dengar dan kita gunakan. Dalam bahasa sehari-hari, perkataan "logika" atau "logis" atau "logikal"  menunjuk pada cara berpikir atau cara hidup atau sikap hidup tertentu, yakni yang masuk akal, yang reasonable.
Dalam arti teknis atau ilmiah, perkataan logika menunjuk
pada suatu disiplin. Yang dimakud dengan
“disiplin" di sini adalah "disiplin ilmiahyakni kegiatan intelektual yang dipelajari untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bidang tertentu secaia sistematik-rasional terargumentasi dan terorganisasi yang terikat atau tunduk pada aturan-aturan prosedur (metode) tertentu. Setiap disiplin mewujudkan satu ilmu atau satu cabang ilmu tertentu  Misalnya, Biologi adalah sebuah disiplin yang termasuk disiplin llmu-ilmu Alam; Mikrobiologi adalah suatu disiplin atau sub-.disiplin yang termasuk disiplin Biologi.

1.         Klasifikasi disiplin llmiah
Ada 2 displin ilmiah, yaitu :
-          Disiplin Non-empirik adalah isiplin Non-empiris adalah kegiatan intelektual untuk secara rasional memperoleh pengetahuan yang tidak tergantung atau bersumber pada pengalamary jadi, kebenaran-kebenarannya tidak memerlukan pembuktian (verifikasi) empirikal melainkan cukup dengan pembuktian rasional (rational proof) dan konsistensi rasional.
-          Disiplin Empirik adalah Disiplin Empirik adalah kegiatan intelektual yang secara rasional berusaha memperoleh pengetahuan faktual tentang kenyataan aktual, dan karena itu bersumber pada empiri atau pengalaman.


  1. Objek Material dan Oblek Formal
Objek studi ini dibedakan alam dua jenis, yakni objek material dan objek formal. Objek material adalah segala sesuatu yang dipelajari manusia secara rasional sistematis. Objek material ini meliputi alam semesta dengan segala isinya, termasuk manusia. Jadi, pada dasarnya objek material dari semua disiplin adalah sama.Yang membedakan antara suatu disiplin dari yang lainnya adalah objek formalnya. Objek formal adalah objek material dipandang dari sudut tertentu, yakni dari sudut atau dalam konteks suatu pertanyaan inti serta dengan menggunakan metode tertentu.
  1.  Tempat Logika Sebagai Disiplin llmiah
Yang melahirkan logika sebagai sebuah disiplin ilmiah adalah Aristoteles, Theoprostus, Dan Rarrm Stoa yang karya-karyanya menghasilkan apa yang sekarang disebut Logika Klasik (dahulu kadang-kadang disebut Logika Tradisional). Sebagai suatu disiplin, Logika itu termasuk ke dalam bidang refleksi kefilsafatan. Filsafat adalah kegiatan intelektual yang secara kritis-radikal mencoba memahami hakikat sesuatu, atau sejauh yang dapat d'rjangkau oleh akal budi mencari sebabsebab terdalam dari segala sesuatu dengan segala implikasinya, berdasarkan kekuatan akal budi tanpa-menggantungkan diri pada otoritas manapun juga.
  1. Objek Materiat Logika: Arti Berpikir
Objek material adalah adalah segala sesuatu yang dipelajari manusia, yang meliputi dunia alam sernesra dan dunia manusia sendiri. objek material dari Logika adalah proses rohani atau kegiatan akal budi yang berada dalam kerangka bertanya dan berusaha untuk memperoleh jawaban. Faktor-faktor yang akan memaksa manusia untuk berpikir antara lain:
1)      Jika pernyataan atau pendiriannya dibantah oleh orang lain (atau dirinya sendiri);
2)      Jika dalam lingkungannya terjadi perubahan secara mendadal( atau terjadi peristiwa yang tidak diharapkan;
3)      Jika ia ditanya;
4)      Dorongan rasa ingintahu
  1. Penalaran
Kegiatan berpikir itu berwujud proses dalam akal budi yang berupa gerakan dari satu pikiran ke pikiran yang lain. Dalam kegiatan beipikir, kegiatan menghubungkan pikiran-pikiran itu diarahkan untuk memunculkan sebuah kesimpulan. proses dalam akal budi yang berupa kegiatan menghubungkan satu pikiran dengan pikiran atau pikiran pikiran lain untuk menarik sebuah kesimpulan disebut penalaran. Contoh :
Semua makhluk hidup bernafas
Tumbuhan adalah makhluk hidup
Jadi, Tumbuhan bernafas
  1. Objek Formal Logika
Dari contoh-contoh tadi, juga tampak bahwa kegiatan berpikir itu memperlihatkan bentuk atau pola tertentu. Bentuk atau pola itu berupa rangkaian pernyataan yang memperlihatkan struktur tertentu. Pola rangkaian pernyataan yang mewujudkan jalan pikiran itulah yang
akan menentukan tepat atau tidak tepatnya jalan pikiran yang
bersangkutan. Hal itulah yang dipelajari dalam Logika. Dengan demikian, objek formal dari Logika adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan berpikir manusia dan struktur kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal.

Baca Juga : Tugas Resume Dasar-Dasar Logika 2
                   Tugas Resume Dasar-Dasar Logika 3
  1. Hukum Berpikir
Dalam mengembangkan aturan-aturan, metode-metode, dan teknik-teknik tentang cara berpikir yang tepat, Logika mengacu atau bertolak dari sejumlah asas yang sering disebut Hukum Berpikir (the Laws of Thought). Asas-asas tersebut mencakup:
1)      Asas ldentitas (Principle of ldentity; Principium tdentitatis) . Rumus : A adalah A (A = A);
2)      Asas Kontradiksi (Principle of Contradiction; Principium Controdictionis) Rumus : A adalah tidak sama dengan bukan A{non-A)
3)      Asas Pengecualian Kemungkinan Ketiga (Principle of Excluded Middle; Principium Exclusi rertii) Rumus : setiap hal adalah A atau bukan-A;
4)       Asas Alasan yang Cukup (Prncipleof Sufficient Reason;Principium Rationis Sufficientis) Rumus : tiap kejadian harus mempunyai alasan yang cukup.
5)      Asas bahwa kesimpulan tidak boleh melampaui daya dukung dari premispremisnya atau pembuktiannya (Do not go beyond the evidence).
  1. Premis dan Kesimpulan
Premis adalah pernyataan yang digunakan sebagai
dasar untuk menarik sebuah pernyataan yang disebut kesimpulan, atau pernyataan
yang digunakan untuk mendukung atau membenarkan atau membuktikan kebenaran sebuah pernyataan lain yang disebut kesimpulan (sebuah pendirian atau pendapat). Kesimpulan adalah sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan sebuah atau beberapa pernyataan yang disebut premis. Dengan demikian, premis dan kesimpulan adarah pengertian-pengertian koreratif, artinya pengertiaan-pengertian yang berdiri selalu sendiri, berkaitan .
  1. Argumen atau Argumentasi
Argumen adalah sekelompok pernyataan yang di daramnya
terdapat satu pernyataan yang dinamakan kesimpulan ya
ng diterima sebagai kesimpulan berdasarkan pernyataan atau pernyataan-pernyataan rainnya dari kelompok pernyataan. itu yang dinamakan premis atau premis-premis.



  1. Wacana Argumentatif
Pembicaraan yang disebut " pembicaraan argumentatif, atau  wacana  argumentatif adalah pembicaraan yang mengajukan pendapat atau pandangan yang direngkapi dengan arasan-arasan atau pertimbangan-pertimbangan untuk meyakinkan kebenaran dari pendapatnya. Dalam pembicaraan itu akan tampak adanya aliran pikiran tertentu untuk sampai pada pendapat yang diajukannya.

  1.  Jenis Argumen: Deduktif dan lnduktif
Berdasarkan sifat hubungan antara Premis dan kesimpulan , argument dibagi menjadi dua , yaitu : Argument deduktif : argument yang premis-premisnya didalam dirinya susah memuat kesimpulannya. Artinya, kesimpulan sudah ada secara implicit di dalam premis-premisnya. Hubungan antara kesimpulan dan premis disebut Konklusif. Argument Induktif : argument yang belum atau tidak tersirat kesimpulan di dalam premis-premisnya. Artinya, premis-premis-nya tidak mengimplikasikan kesimpulan. Hubungan antara kesimpulan dan premis disebut Probabilitas.

B.     VALIDITAS DAN KEBENARAN
Validitas berasal dari kata validius (bahasa Latin) yang berarti kuat. Dalam kaitan dengan logika, valid berarti keabsahan atau kesahihan. Dalam kenyataan masalah kebenaran itu tidak sederhana. Hal Menentukan apakah isi suatu pernyataan itu sesuai dengan fakta tidaklah mudah.  Ada 4 teori kebenaran, yaitu :
1)      Teori Korespondensi yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan adaiah benar jika isinya sesuai dengan atau mencerminkan kenyataannya sebagaimana adanya.
2)      Teori Koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah diterima sebagai benar.
3)      Teori Pragmotik yang menyatakan bahwa yang benar adalah yang efektif.
4)      Teori lntersubjektivitas yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian atau konsensus yang dapat dicapai atau diterima oleh orang, terutama di kalangan para pakar sekeahlian.

Yang menentukan valid atau tidaknya sebuah argumen adalah bentuk logikal dari argumen yang bersangkutan, dan bukan isinya atau kebenara n pernyataa n-pernyataannya.

C.    BENTUK DAN BENTUK LOGIKAL
Secara umum dapat dipahami bahwa setiap hal mempunyai dua aspek, yakni aspek bahan (material) dan aspek bentuk (form).
(1) A adalah B.
(2) Semua B adalah C.                      Bentuk Logika
(3) Jadi, A adalah C.

Bentuk logikal adalah pola-pola susunan rangkaian pernyataan-pernyataan atau bentuk pikiran.

D.    LAMBANG DAN LAMBANG LOGIKAL
Lambang adalah tanda yang diciptakan dan digunakan manusia untuk mengungkapkan sesuatu atau berkomunikasi melalui konvensi baik secara eksplisit maupun secara implisit (diam-diam). Ada dua macam lambang, yakni lambang verbal dan lambang non-verbal.
Lambang verbal adalah lambang-lambang berupa perkataan-perkataan. Sedangkan Lambang non-verbal adalah lambang yang tidak berupa perkataan biasa. Lambang non-verbal ini ada dua macam, yaitu lambang stenografis dan lambang ilustratif.


BAB II
KEGIATAN AKAL BUDI MANUSIA

Jacques Maritian,Formal Logic,1937 :.Tiga langkah kegiatan akal budi itu adalah:
1.      Kegiatan Akal Budi Tingkat Pertama : Aprehensi Sederhana (Simple Apprehension).
Pada kegiatan ini yang terjadi adalah akal budi (intelek) secara langsung
melihat, mempersepsi, menangkap atau mengerti sesuatu atau objek tertentu. Kegiatan ini menghasilkan terbentuknya
"idea" atau"gagasan" tentang hal atau objek tertentu itu. Jadi, produk dari kegiatan Aprehensi Sederhana adalah terbentuknya konsep dalam aram pikiran. Konsep tentang sesuatu har itu akan diungkapkan daram bentuk lambang yang berupa perkataan,
2.      Kegiatan Akal Budi Tingkat Kedua : Keputusan (Judgment).
Pada tingkat ini yang terjadi adalah tindakan akar budi yang berupa mengerompokkan dan menghubungkan dua konsep (idea). Dalam proses ini, salah satu konsep disebut subjek, dan yang lainnya dinamakan predikat. Kedua konsep ini dihubungkan dengan jalan disusun sedemikian rupa sehingga mewujudkan sebuah penilaian. Penitaian ini adalah berupa menentukan apakah kedua konsep ini sama atau tidak, atau apakah konsep yang satu termasuk ke daram konsep yang lain atau tidak. Hasilnya adalah berupa keputusan.
  1. Kegiatan Akal Budi Tingkat Ketiga : Penalaran (Reasoning)
.pada tingkat ini yang terjadi adalah: akal budi manusia melihat atau memahami sekelompok proposisi yang dalam llmu Logika disebut proposisi anteseden. Kemudian berdasarkan pemahaman tentang proposisi
anteseden itu atau pemahaman tentang hubungan antara proposisi-proposisi anteseden itu, akal budi menarik atau membentuk sebuah proposisi baru yang disebut proposisi konsekuen atau kesimpulan.


BAB III
KONSEP

A.    PENGERTIAN KONSEP
Perkataan konsep berasal dari bahasa Latin, yakni dari kata kerja “concipere” yang berarti mencakup, mengandung, menyedot, mengandung, menangkap. Atau kata bendanya “conceptus” yang secara harfiah berarti : tangkapan. Jadi, Perkataan konsep berarti:  hasil tangkapan intelek atau akal budi manusia atau sinonimnya adalah ide.
B.     CIRI-CIRI DAN LUAS KONSEP
Sebuah konsep adalah suatu pengertian sebuah objek tertentu. Dapat dikatakan bahwa konsep itu adalah suatu perwakilan universal dari sejumlah objek yang memiliki unsur-unsur esensial yang mirip (dicirikan dengan kualitas sekunder dan primer). Setiap konsep selalu mempunyai dua aspek yaitu: aspek komprehensi (denotasi) dan Aspek Ekstensi (Konotasi).
C.    DEFINISI DAN KLASIFIKASI
1.   Definisi
Membuat definisi merupakan kemapuan dasar bagi setiap orang yang berminat mempelajari sebuah ilmu pengetahuan.
a.       Definisi Nominal
Penjelasan sebuah konsep berdasarkan asal usul kata atau arti kata/konsep tersebut. Arti kata dicari dalam kamus. Definisi ini juga disebut definisi literer; atau Etimologi.
Contoh : "Manajemen" berasal dari bahasa prancis kuno “menegement” yang berarti seni melaksanakan atau mengatur.
b.      Definisi Real
Definisi Real adalah penjelasan tentang konsep yang kita maksudkan dengan cara menyebutkan unsur-unsur pokok/ciri-ciri utama konsep tersebut. Yang termasuk dalam Definisi Real adalah:
·         Definisi Hakiki: Definisi yang yang di dalam rumusannya menyebutkan genus proximum (kelas terdekat) dan pembeda spesifik.
·         Definisi Gambaran: Definisi yang dibuat dengan menyebutkan semua ciri konsep yang dimaksud. - Definisi Sebab – Akibat.
·         Definisi tujuan: Definisi yang dibuat dengan menyebutkan tujuan. Maksud atau martabat dari sebuah konsep.
2.      Klasifikasi

Materi
 
Berdasarkan aspek ekstensi konsep, kita dapat membuat klasifikasi, atau memisahkan karena ciri khas, dan menyatukan berdasarkan kesamaan. Semakin konsep dapat dipilah-pilah sampai bagian yang terkecil, semakin jelas konsep apa yang dimaksud. Contoh :
 








Aturan Klasifikasi
Ketika kita membuat klasifikasi, pedu diperhatikan beberapa aturan berikut ini:
1.      Pembagian harus lengkap, merinci keseluruh, ke dalam bagian-bagian sehingga tampil sebagai sebuah kesatuan.
2.      Pembagian harus memisahkan: bagian yang satu tidak termasuk ke dalam bagian yang lainnya.
3.      Pembagian harus menggunakan dasar yang sama.
4.      Penggolongan sesuai dengan tujuan yang mau dicapai.


BAB IV
PROPOSISI

A.    PENYATAAN DAN PROPOSISI
Dalam pembicaraan terdahulu telah sering digunakan perkataan  pernyataan”. Perkataan pernyataan mempunyai arti ganda. Pertama, perkataan pernyataanberarti apa yang diungkakpkan. Kedua, perkata an "pernyataan" dapat berarti atau menunjuk pada rumusan verbal atau ekspresi verbal berupa rangkaian kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yang hendak dikemukakan.  
Proposisi adalah arti pertama dari perkataan"pernyataan”. Dilihat dari sudut isi atau substansinya, pada hakikatnya proposisi adalah pendirian atau pendapat tentang suatu hal, yakni pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal. Terhadap proposisi dapat dikenakan penilaian benar atau salah, karena pendirian seseorang tentang hubungan antara dua hal itu dalam kenyataan dapat benar, dapat juga salah.
B.     PENGERTIAN PROPOSISI
Dilihat dari sudut bentuknya, proposisi itu adalah sebuah pernyataan tentang hubungan antara dua konsep(kelas). Sebuah konsep yang dihubungkan dengan konsep lain sedemikian rupa yang membentuk sebuah proposisi disebut term. Hubungan antara konsep-konsep itu adalah berupa penentuan apakah konsep yang satu membenarkan (mengiyakan) atau menyangkal konsep yang lainnya.

C.    EMPAT BENTUK DASAR PROPOSISI TRADISIONAL
Nama proposisi
Rumus
Lambang
Rumus
Nama
Universal Afirmatif
Universal Negatif
Partikular Afirmatif
Partikular Negatif
Semua S adalah P
Semua S adalah bukan P
Beberapa S adalah P
Beberapa S adalah bukan P
SaP
SeP
SiP
SeP
A
E
I
O

D.    DISTRIBUSI TERM
Proposisi
Term subjek
Term predikat
A
E
I
O
D
D
TD
TD
TD
D
TD
D
Ket : D= distribusi
     TD = tidak didistribusi

E.     PROPOSISI SEDERHANA DAN PROPOSISI MAJEMUK
Proposisi sederhana adalah proposisi yang hanya memiliki satu subjek dan satu predikat. Proposisi majemuk adalah proposisi yang tersusun atas dua atau lebih proposisi sederhana. Proposisi majemuk ada 2, yaitu : Proposisi Kompositif dan Proposisi Konjungtif. Proposisi kompositif terdiri atas proposisi hipotetikal, proposisi alternatif dan proposisi disjungtif.
Proposisi hipotetikal adalah proposisi majemuk yang salah satu proposisi komponennya merupakan akibat dari proposisi komponen yang lainnya. Bentuk logikal proposisi hipotetikal adalah sebagai Berikut:
"jika...,maka...."
" lf . .., then . . .."
Proposisi Alternatif adalah proposisi majemuk yang terdiri atas dua proposisi komponen, dan salah satu dari proposisi komponennya adalah benar tanpa menutup bahwa dua-duanya benar. Bentuk logikalnya adalah:
"Atau...,atau.."
"Either..., or...."
Proposisi Disjungtif adalah proposisi majemuk yang terdiri atas dua proposisi komponen yang dua-duanya salah. Bentuk logikalnya adalah sebagai berikut:
"tidak demikian halnya, bahwa...dan...."
" Adalah tidak benar bahwa ... dan ....."
"Neither...,nor...."
Proposisi Konjungtif adalah proposisi majemuk yang proposisi-proposisi komponennya sama derajatnya, dan masing-masing dapat dikemukakan yang satu lepas dari yang lain tanpa berubah maksudnya.
Bentuk logika :
"..., dan ...."
F.     HUBUNGAN ANTAR PROPOSISI
Menurut J.N. Keynes ada 7 jenis kemungkinan hubungan antar-proposisi. Yaitu :
1.      Hubungan Ekuivalensi atau Ko-implikasi.
Hubungan ini menunjuk pada dua proposisi yang menyatakan hal yang sama.
2.      Hubungan Bebas
Dua proposisi dikatakan terhubung secara bebas, jika benar-salahnya yang satu tidak mengimplikasikan benar-salahnya yang lain.
3.      Hubungan Superimplikasi
Dua proposisi dikatakan terhubung secara superimplikasi, jika kebenaran yang satu mengimplikasikan kebenaran yang kedua, tanpa mengharuskan kebenaran yang kedua mengimplikasikan kebenaran yang pertama.
4.      Hubungan Subimplikasi.
Pengertian hubungan subimplikasi sama dengan pengertian superimplikasi, tetapi dilihat dari sudut proposisi partikularnya.
5.      Hubungan Kontraris.
Dua proposisi dikatakan terhubung secara kontraris, jika kedua proposisi itu tidak dapat dua-duanya benar, namun dapat terjadi dua-duanya salah.
6.      Hubungan Subkontraris
Hubungan antara dua proposisi yang tidak dapat dua-duanya salah namun dapat terjadi dua-duanya benar.


7.       Hubungan Kontladikli (Hubungan Penyangkalan).
Hubungan kontradiksi adalah hubungan antara dua proposisi yang tidak dapat dua-duanya benar atau dua-duanya salah.
























































BAB V
PENALARAN
A.    PENGERTIAN INFERENSI
Dipandang dari sudut prosesnya, kegiatan penalaran itu tersusun atas dua tahap. Tahap pertama adalah tahap pemahaman sebuah proposisi atau sejumlah proposisi dan hubungan di antara proposisi-proposisi tersebut.Tahap kedua adalah tahap tindakan akal budi memunculkan sebuah proposisi yang disebut kesimpulan. Tindakan akal budi memunculkan kesimpulan itu disebut "inferensi”.  Jadi, inferensi adalah tindakan akal budi berupa tindakan memunculkan sebuah proposisi yang dinamakan kesimpulan dari atau berdasarkan proposisi (proposisi-proposisi) anteseden (premis atau premis-premis).
B.     INFERENSI LANGSUNG: KONVERSI DAN OBVERSI
Konversi adalah proses inferensi langsung yang berupa dari sebuah proposisi tertentu ditarik sebuah proposisi lain yang subjeknya adalah predikat dari proposisi asal (premis) dan predikatnya adalah subjek dari proposisi asal.
Kovertend
Konverse
(A)  Semua S adalah P
(E) Semua S adalah bukan P
(I) Beberapa S adalah P
(O) Beberapa S adalah bukan P
Beberapa P adalah S (I)
Semua P adalah bukan S (E)
BeberapaPadalahS (l)
nihil

Obversi adalah proses inferensi langsung yang berupa menarik dari sebuah proposisi tertentu (proposisi asal, premis) sebuah proposisi lain (kesimpulan) yang mempunyai sebagai predikatnya kontradiksi dari term predikat asal, yang disertai dengan mengubah kualitas proposisi asalnya.
Obvertend
Obverse
(A)  Semua S adalah P
(E) Semua S adalah bukan P
(I) Beberapa S adalah P
(O) Beberapa S adalah bukan P
Semua S adalah bukan p (E)
Semua S acialah non P  (A)
Beberapa S adalah bukan non P (O)
Beberapa S adalah non P (I)

C.    INFERENSI TIDAK LANGSUNG:  SILOGISME
a.      Silogisme
Sebuah silogisme selalu tersusun atas tiga buah proposisi, berkeduduan sebagai premis-premis, dan satu berkedudukan sebagai kesimpulan. Jika sebuah inferensi tidak langsung terjadi dalam bentuk menarik kesimpulan berdasarkan dua premis saja, maka inferensi tidak langsung itu dinamakan silogisme.
b.      Aturan Dasar Silogisme
1.      Silogisme terdiri atas hanya tiga proposisi.
2.      Tiap proposisi dirumuskan dalam salah satu bentuk dari proposisi tradisional, yakni proposisi A, E, l, dan O.
3.      Tiap silogisme memuat hanya tiga term.
c.       Aksioma Silogisme
1.      Sekurang-kurangnya satu term tengah harus didistribusi.
2.      Term yang di dalam kesimpulan didistribusi, harus didistribusi juga di dalam premisnya.
3.      Sekurang kurangnya satu premis harus afirmatif
4.      Jika salah satu premisnya negatif, maka kesimpulannya juga harus negatif
5.      Jika premis premis dua duanya afirmatif, maka kesimpulan juga harus
afirmatif.
d.      Dalil Silogisme
Berdasarkan Aksioma dapat dijabarkan tiga Dalil silogisme sebagai berikut ini:
1.      Sekurang-kurangnya satu premis harus universal.
2.      Jika salah satu premisnya partikular, maka kesimpulannya juga partikular
3.      Jika premis mayornya partikular, maka premis minornya harus afirmatif.
D.    BENTUK SILOGISME
Bentuk Silogisme adalah wujud silogisme berdasarkan kedudukan {posisi) term tengah di dalam proposisi-proposisi yang mewujudkan silogisme yang bersangkutan.
Bentuk I adalah bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam premis mayor berkedudukan sebagai subjek dan di dalam premis minor berkedudukan sebagai predikat. Ragaan Bentuk l:
M – P
S – P
S - P
Bentuk ll adalah bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam prernis mayor maupun di dalam premis minor berkedudukan sebagai predikat. Ragaan Bentuk ll:
P – M
S – M
S - P
Bentuk lll adalah bentuk silogisme yang term tengahnya baik di dalam premis mayor maupun di dalam premis minor berkedudukan sebagai subjek. Ragaan Bentuk lll:
M – P
M – S
S - P
Bentuk lV adalah bentuk silogisme yang term tengahnya di dalam premis mayor berkedudukan sebagai predikat, dan di dalarn premis minor berkedudukan sebagai subjek. Bentuk lV ini sering disebut juga Bentuk Galenia, berdasarkan anggapan bahwa yang pertama kali mengemukakan bahwa Bentuk IV juga dapat menghasilkan corak-corak silogisme yang valid adalah Galen. Ragaan Bentuk lV:
P – M
M – S
S - P



E.     CORAK SILOGTSME
Corak silogisme adalah wujud silogisme berdasarkan kuantitas dan kualitas dari proposisi proposisi yang membentuk silogisme yang bersangkUtan. kombinasi proposisi proposisi tradisional yang dapat menghasilkan silogisme yang valid adalah kombinasi kombinasi berikut ini: AA, AE, IO, AI, EA, EI, IA, OA.
F.     VALIDITAS SILOGISME
Agar valid, maka silogisme itu harus memenuhi di samping Aturan Dasar, juga semua Aksioma Silogisme. Jika salah satu aksioma tidak dipenuhi, maka silogisme itu tidak valid. Karena itu untuk menguji apakah sebuah silogisme valid atau tidak valid, maka yang pertama harus dilakukan adalah menguji apakah silogisme itu melanggar Aturan Dasar 3 atau tidak. Jika ternyata Aturan Dasar 3 dilanggar, maka silogisme itu sudah dapat dipastikan tidak valid. Jika ternyata bahwa silogisme itu memenuhi Aturan Dasar 3, maka harus melanjutkan pengujian dengan aksioma-aksioma silogisrne secara berturut-turut dimulai dengan Aksioma Silogisme 1,2,3, dan
seterusnya. Biasanya cukup sampai dengan Aksioma 3. Jika sudah terbukti salah
satu dari aksioma itu dilanggar, maka tidak perlu dilanjutkan dengan pengujian oleh aksioma berikutnya, karena jika satu saja aksioma silogisme itu dilanggar maka sudah dapat dipastikan bahwa silogisme itu tidak valid
G.    DICTUM DE OMNI ET NULLO
Berdasarkan aturan dasar dan aksioma-aksioma silogisme kita telah dapat rnenentukan corak-corak silogisme yang tidak valid dalam tiap bentuk silogisme. Atas dasar itu disimpulkan bahwa corak-corak lainnya yang tidak melanggar aturan dasar dan aksioma silogisme dianggap valid.Tetapi, dengan membuktikan bahwa corak-corak silogisme tertentu adalah tidak valid, sesungguhnya belum membuktikan bahwa sisanya pasti valid. Untuk membuktikan validnya corak-corak silogisme yang lainnya itu, Aristoteles merumuskan aksioma: "Diktum de omni et nullo" yang berbunyi:
"Jik
a pada semua atau setiap anggota dari sebuah kelos (term) diberikan predikat yang afirmatif atau negatif, maka dapat diberikan predikat dengan cara yang sama kepada setiap hal yang termasuk kelas itu”.
H.    POLISILOGISME
Rangkaian beberapa silogisme yang di dalamnya kesimpulan dari sebuah silogisme menjadi sebuah premis dari silogisme berikutnya adalah Polisilogisme.
I.       INDUKSI
Yang telah dibicarakan di atas adalah argumen deduktif, yang kesimpulannya sudah tersirat di dalam premis-premis. Agar dapat dikualifikasi sebagai argurnen yang valid, maka sekurang-kurangnya argumen tersebut harus menriliki satu proposisi universal sebagai premisnya. Berbeda dari argumen deduktif, pada argumen induktif kesimpulannya belum tersirat dalam premis-premisnya, sebab penalarannya bertolak
dari proposisi-proposisi partikular atau singular (yang dalam praktik berpikir merupakan produk pengamatan indrawi) sebagai premis-premisnya, sehingga hubungan
antara premis-premis dan kesimpulannya tidak bersifat konklusif, melainkan probabilitas. Karena itu, argumen induktif tidak dapat dikualifikasi valid atau tidak valid, melainkan dinilai berdasarkan derajat tinggi-rendah probabilitasnya.


















BAB VI
KERACUNAN BERPIKIR

Kerancuan Berpikir, yang dalam bahasa inggris disebut Fallacy. Perkataan Fallacy dalam bahasa lnggris secara umum berarti gagasan atau keyakinan yang salah (palsu). Kerancuan Berpikir adalah bentuk-bentuk atau jenis-jenis argumen yang tidak tepat atau yang salah (incorrect argumen). lrving M. copi (introduction to Logic,1959:5l ) membagi bentuk bentuk argumen yang rancu itu dalam dua kelompok besar; yakni:
a.      Formal Fallacy atau Kerancuan Formal adalah bentuk-bentuk jalan pikiran yang keliru yang memperlihatkan bentuk-bentuk luar yang sama dengan bentuk-bentuk argumen yang valid.
b.      lnformal Fallocy atau Kerancuan lnformal tidak terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan formal dalam berargumen, sekurang-kurangnya tidak terjadi pelanggaran secara langsuag terhadap aturan aturan formal.
1.      Kerancuan Relevansi
a)      Irrelevant conclusion (Ignoratio Elenchi,Konklusi Tidak Relevan)
lrrelevant Conclusion terjadi jika sebuah argumen yang sesungguhnya dimaksudkan untuk mendukung sebuah kesimpulan tertentu. namun diarahkan dan digunakan untuk membenarkan sebuah kesimpulan yang lain.
b)     Argumentum ad Baculum (Appeal to Force; Merujuk Kekuatan)
Kerancuan ini terjadi jika orang dengan mendasarkan diri pada kekuatan atau ancaman penggunaan kekuatan memaksakan agar sebuah kesimpulan diterima atau disetujui. Contoh: seorang dosen mengancam untuk tidak memberikan kelulusan kepada mahasiswa yang terlalu kritis dan terus membantah dosennya
c)      Argumentum ad Hominem (Abusive)
Kerancuan ini terjadi jika suatu argumen diarahkan untuk menyerang pribadi orangnya, khususnya dengan menunjukkan kelemahan atau kejelekan orang yang bersangkutan, dan tidak berusaha untuk secara rasional membuktikan bahwa apa yang dikemukakan orang yang diserang itu adalah salah. Contoh: “Gus Dur dianggap tidak mampu menjadi presiden karena tidak mampu melihat”
d)     Argumentum ad Hominem ( Circumstantial)
Keracunan ini terjadi, jika sebuah argument diarahkan kepada orangnya dalam kaitan dengan situasi orang itu sendiri.
e)      Argumentum ad Ignorantiam
Keracunan ini terjadi, jika sesuatu hal ditanyakan benar semat-mata karena belum dibuktikan bahwa hal itu salah, atau sebaliknya.
f)       Argumentum ad Misericodiam(Menggugah Rasa Iba)
Keracunan ini terjadi, jika rasa kasihan digugah untuk mendorong  diterimanya suatu kesimpulan. Contoh : “ seorang mahasiswa yang minta belas kasihan dosen untuk diluluskan mata kuliah tertentu karena terancam dop out”.
g)      Argumentum ad Populum
Keracunan ini terjadi, jika orang berupaya mengungkapkan dan memenangkan suatu pendapat atau pendirian dengan jalan menggugah perasaan atau emosi. Contoh klasik pada pidato Adolf Hitler yang memecut rasis para pendengar jermannya.
h)     Argumentum ad Verecundiam
Keracunan ini terjadi, jika usaha untuk memperoleh pembenaran atau dukungan atas suatu kesimpulan (pendapat) dilakukan dengan jalan mendasarkan diri pada kewibawaan orang terkenal. Contoh :  Keungguluan Camera HP X yang dibintangi oleh Agnez Mo”
i)        False Cause (Kausa palsu)
Kausa Palsu adalah suatu argumen yang secara tidak tepat menyatakan adanya hubungan kausal (sebab akibat) antara dua hal atau lebih, padahal hubungan kauial itu sebenarnya tidak ada. Kausa palsu ada dua jenis, yaitu:
a.   "Non causa Pro causa": Kerancuan ini terjadi jika sesuatu yang bukan sebab dinyatakan sebagai sebab dari sesuatu hal.
b.   "Post Hoc Ergo Propter hoc: argumen yang menarik suatu kesimpulan bahwa suatu kejadian adalah sebab dari terjadinya suatu peristiwa tertentu semata-mata berdasarkan alasan bahwa kejadian yang disebut pertama itu terjadi lebih dahulu dari peristiwa tertentu tersebut.
j)       Complex Questions (Pertanyaan Majemuk)
Kerancuan ini terjadi jika diajukan sebuah pertanyaan majemuk tetapi kemajemukannya tidak diketahui atau dikaburkan dan untuk pertanyaan tersebut dituntut hanya sebuah jawaban tunggal. Misalnya: “Apakah engkau sudah menghentikan kebiasaan merokokmu?”
k)     Begging the Question (Petitio Principii)
Mengasumsikan kebenaran dari apa yang mau dibuktikan sebagai benar dalam upaya untuk membuktikan kebenarannya. Contoh :
“Orang sunda umumnya bersuara lembut dan berwatak ramah. Ketika kita berbicara dengan orang sunda pasti bersuara lembut dan berwatak Ramah”.
2.      Kerancuan Ambiguitas
a)     Ekuivokasi
Kerancuan Ekuivokasi akan terjadi, jika perkataan yang sama digunakan dalam arti yang berbeda di dalam konteks yang sama. Misalnya: “ Gula itu penting untuk menambah energy maka orang sakit perlu mengkonsumsi cukup gula termasuk yang menderita diabetes”
b)      Amphiboly
Kerancuan ini terjadi, jika didalam suatu argumen dikemukakan suatu pendirian berdasarkan premis-premis yang mempunyai arti ganda. Arti ganda itu disebabkan oleh konstruksi gramaikal. Misalnya: “ dijual kursi bayi tanpa lengan”
c)     Aksentuasi
Kerancuan ini terjadi bila dalam suatu argumen terjadi perubahan makna yang disebabkan oleh penekanan (aksentuasi) pada bagian atau perkataan tertentu dari argumen atau pernyataan yang bersangkutan. Misalnya: “ Apel (buah) Apel (upacara)”
d)     Komposisi
Kerancuan ini terjadi jika orang dalam berargumen mencampur adukkan antara unsure-unsur dan keseluruhan. Contoh : “ Mur itu sangat ringa, karena itu tentunya mesinnya juga ringan”
e)     Divisi
Kerancuan ini terjadi, jika berdasarkan apa yang belraku bagi keseluruhan ditarik kesimpulan bahwa hal yang sama juga berlaku bagi bagian-bagian.

Related Posts

0 komentar: