TUGAS RESUME
MATA KULIAH : DASAR-DASAR LOGIKA
PROGRAM STUDI : S1 ADMINISTRASI BISNIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. ARTI LOGIKA, PENALARAN, DAN ARGUMEN
Dalam
bahasa sehari-hari, perkataan "logika" atau "logis" atau
"logikal" menunjuk pada cara
berpikir atau cara hidup atau sikap hidup tertentu, yakni yang masuk akal, yang
beralasan, yang dapat dimengerti (walaupun belum tentu disetujui atau benar
atau salah). Dalam arti teknis atau ilmiah,
perkataan logika menunjuk pada suatu disiplin. Yang dimakud dengan “Disiplin" di sini adalah "disiplin ilmiah” yakni kegiatan
intelektual yang dipelajari untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam
bidang tertentu secaia sistematik-rasional terargumentasi dan terorganisasi
yang terikat atau tunduk pada aturan-aturan prosedur (metode) tertentu.
1.
Klasifikasi DisiPlin llmiah
a)
Disiplin Non-empirik adalah kegiatan intelektual untuk secara rasional memperoleh pengetahuan
yang tidak tergantung atau bersumber pada pengalaman.
b)
Disiplin Empirik adalah kegiatan intelektual yang secara rasional berusaha memperoleh pengetahuan
faktual tentang kenyataan aktual, dan karena itu bersumber pada empiris atau
pengalaman.
- Objek Material dan Oblek Formal
a)
Objek material adalah segala sesuatu yang
dipelajari manusia secara rasional sistematis (alam semesta dengan segala
isinya, termasuk manusia).
b)
Objek formal adalah objek material dipandang dari sudut
tertentu, yakni dari sudut atau dalam konteks suatu pertanyaan inti serta
dengan menggunakan metode tertentu.
- Tempat
Logika Sebagai Disiplin llmiah
Sebagai
suatu disiplin, Logika itu termasuk ke dalam bidang refleksi kefilsafatan. Filsafat adalah kegiatan intelektual
yang secara kritis-radikal mencoba memahami hakikat sesuatu, atau sejauh yang
dapat dijangkau oleh akal budi mencari sebab sebab terdalam dari segala sesuatu
dengan segala implikasinya, berdasarkan kekuatan akal budi tanpa-menggantungkan
diri pada otoritas manapun juga.
- Objek Materiat Logika: Arti Berpikir
Dalam
arti teknis, yang dimaksud dengan berpikir adalah proses rohani atau kegiatan
akal budi yang berada dalam kerangka bertanya dan berusaha untuk memperoleh
jawaban. Kegiatan berpikir itu dibedakan ke dalam berpikir praktikal dan
berpikir teoretikal Berpikir praktikal
adalah kegiatan berpikir yang ditujukan untuk mengubah keadaan atau situasi.
Berpikir teoretikal adalah kegiatan berpikir yang ditujukan untuk mengubah
pengetahuan, jadi untuk memperoleh, menambah atau memperbaiki pengetahuan.
- Penalaran
Proses
dalam akal budi yang berupa kegiatan menghubungkan satu pikiran dengan pikiran
atau pikiran-pikiran lain untuk menarik sebuah kesimpulan disebut penalaran.
Contoh :
Semua
sayuran adalah tumbuhan
Semua
tumbuhan adalah objek berwarna hijau
Jadi,
semua sayuran adalah objek berwarna hijau
- Objek Formal Logika
Objek
formal dari logika
adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan berpikir manusia dan struktur
kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal.
- Hukum Berpikir
a)
Asas ldentitas yang dapat dirumuskan:
A adalah A , setiap hal adalah apa dia itu adanya, setiap hal adalah sama (identik)
dengan dirinya sendiri; setiap subjek adalah predikatnya sendiri.
b)
Asas Kontradiksi yang dapat dirumuskan:
A adalah tidak sama dengan bukan A{non-A) atau A adalah bukan non A (A tidak
sama dengan -A),dan dilambangkan dengan'A I -A ", keputusan keputusan yang
saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya benar, dan sebaliknya tidak dapat
dua-duanya salah.
c)
Asas Pengecualian Kemungkinan Ketiga
dapat dirumuskan: setiap hal adalah A atau bukan-A; keputusan-keputusan yang
saling berkontradiksi tidak dapat dua-duanya salah. Juga keputusan-keputusan
itu tidak dapat menerima kebenaran dari sebuah keputusan ketiga atau di antara
keduanya; salah satu dari dua keputusan tersebut harus benar, dan kebenaran
yang satu bersumber pada kesalahan yang lain.
d)
Asas Alasan yang Cukup dapat dirumuskan: tiap kejadian harus
mempunyai alasan yang cukup.
e)
Asas bahwa kesimpulan tidak boleh
melampaui daya dukung dari premis-premisnya atau pembuktiannya (Do not go
beyond the evidence).
- Premis dan Kesimpulan
Premis adalah pernyataan yang
digunakan sebagai dasar untuk menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan adalah pernyataan yang ditarik
berdasarkan sebuah atau beberapa pernyataan atau premis.
- Argumen atau Argumentasi
Argumen adalah sekelompok pernyataan
yang didalamnya terdapat suatu kesimpulan yang diterima sebagai kesimpulan dari
premis-premis. Contoh:
“Pekanbaru adalah ibu
kota provinsi Riau = Ibu Kota Provinsi Riau adalah Pekanbaru”
- Wacana Argumentatif
Pembicaraan
yang mengajukan pendapat atau padangan yang dilengkapi dengan alasan-alasan
atau pertimbangan-pertimbangan untuk mendukung dari sebuah pendapat disebut
wacana argumentatif.
- Jenis Argumen: Deduktif dan lnduktif
a)
Argumen deduktif adalah argumen yang didalam premis-premisnya sudah terdpat kesimpulan.
b)
Argumen induktif adalah argumen yang kesimpulannya belum atau tidak tersirat dalam
premis-premisnya.
B.
VALIDITAS DAN KEBENARAN
Dalam
kaitan dengan logika, valid berarti sah/absah/kuat/sahih.
Perkataan validitas atau keabsahan atau kesahihan dalam logika digunakan arti penentuan valid atau
tidaknya sebuah argument.
Sebuah
argumen dikatakan valid jika kesimpulannya berakar dalam premis-premisnya. Menentukan apakah isi suatu pernyataan itu sesuai
dengan fakta tidaklah mudah. Ada 4 teori kebenaran, yaitu :
1)
Teori Korespondensi yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan adaiah benar jika isinya sesuai
dengan atau mencerminkan kenyataannya sebagaimana adanya.
2)
Teori Koherensi yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah pernyataan
dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah diterima sebagai benar.
3)
Teori Pragmotik yang menyatakan bahwa yang benar adalah yang efektif.
4)
Teori lntersubjektivitas yang menyatakan bahwa kebenaran adalah kesesuaian atau konsensus yang
dapat dicapai atau diterima oleh orang, terutama di kalangan para pakar sekeahlian.
Validitas
dari suatu argumen tidak tergantung pada kebenaran dari pernyataan-pernyataan
yang mewujudkan argumen tersebut. Contoh :
Semua
siswa jurusan otomotif adalah orang yang jujur
Joni
adalah siswa jurusan otomotif
Jadi,
Joni adalah orang yang jujur.
Yang
menentukan valid atau tidaknya sebuah argumen adalah bentuk logikal dari
argumen yang bersangkutan, dan bukan isinya atau kebenara n pernyataa
n-pernyataannya.
C.
BENTUK DAN BENTUK LOGIKAL
Dalam
kehidupan sehari-hari kita juga mengenal pengertian-pengertian yang
memperlihatkan kesamaan dalam bentuk, tetapi berbeda dalam materialnya.
Misalnya perkataan “bisa” , dalam percakapan sehari-hari,
perkataan bisa
berarti dapat. Disamping itu, “bisa”
juga disebut racun.
Pola-pola
susunan rangkaian pernyataan-pernyataan disebut bentuk logikal. atau bentuk pikiran.

(1) A adalah B.

(3) Jadi, A adalah C.
D.
LAMBANG DAN LAMBANG LOGIKAL
Komunikasi
antarmanusia itu pada dasarnya terjadi dengan menggunakan tanda-tanda. Pertama adalah
tanda-tanda alamiah yang berupa
gejala gejala alamiah. Kedua adalah tanda konvensional,
yakni tanda yang sengaja diciptakan oleh manusia untuk berkomunikasi.
Lambang adalah tanda yang diciptakan
dan digunakan manusia untuk mengungkapkan sesuatu atau berkomunikasi melalui
konvensi baik secara eksplisit maupun secara implisit (diam-diam). Lambang verbal
adalah lambang-lambang berupa perkataan-perkataan. Aristoteles misalnya
mengatakan bahwa perkataan adalah bunyi atau tanda-tanda yang mempunyai arti berdasarkan
konvensi. Jadi, perkataan adalah makna dari tanda tertentu berupa bunyi atau
tulisan (coretan) tertentu.
a. Lambang non-verbal adalah lambang yang tidak berupa perkataan biasa.
Lambang non-verbal ini ada dua macam,
yaitu lambang stenografis dan lambang ilustratif. Lambang stenografis adalah
lambang berupa singkatan-singkatan tertentu atau tanda-tanda singkat lainnya
(Gambar). Lambang ilustratif adalah tanda bagi suatu objek tertentu dengan menunjukkan suatu contoh
konkret tanpa memberikan identitasnya yang jelas.
BAB
II
KEGIATAN
AKAL BUDI MANUSIA
Kegiatan akal budi manusia dapat
dibagi dalam tiga langkah yang saling berkaitan (Jacques Maritian,Formal Logic,1937: 1). Tiga langkah kegiatan akal budi itu
adalah:
A.
KEGIATAN AKAL BUDI TINGKAT PERTAMA : Aprehensi sederhana (simple
Apprehension).
Kegiatan
ini menghasilkan terbentuknya "idea" atau "gagasan"
tentang hal atau objek tertentu itu. Aprehensi Sederhana adalah tindakan akal budi yang menangkap atau mengerti sesuatu tanpa
mengiyakan atau
menyangkal. Idea ini di dalam akal budi dirumuskan
dalam suatu konsep.
Jadi, produk dari kegiatan Aprehensi Sederhana adalah terbentuknya konsep dalam aram pikiran.
B.
KEGIATAN AKAL BUDI TINGKAT KEDUA : Keputusan (Judgment).
Pada
tingkat ini yang
terjadi adalah tindakan akar budi yang berupa mengerompokkan dan menghubungkan
dua konsep (idea). Tindakan akal budi ini arah berupa mempersatukan dua konsep dengan jaran mengiyakan, atau memisahkan dua konsep dengan
menyangkal. Contoh: "hewan bergigi
tajam adalah karnivora” terjadi pengiyaan, yakni konsep “hewan bergigi tajam” mengiyakan
konsep “karnivora”.
C.
KEGIATAN AKAL BUDI TINGKAT KETIGA : Penalaran (Reasoning)
Pada tingkat ini yang terjadi adalah: akal budi manusia melihat atau memahami sekelompok
proposisi yang
dalam llmu Logika disebut pro-posisi anteseden. Contoh: berdasarkan pemahaman tentang hubungan
antara proposisi “tidak ada manusia yang sempurna” dan
proposisi “Nina adalah manusia” ditarik atau dimunculkan proposisi “Nina
tidak sempurna” sebagai proposisi konsekuennya.
BAB
III
KONSEP
A.
PENGERTIAN KONSEP
Konsep
berasal dari bahasa Latin, yakni “concipere” berarti mencakup/menyedot/mengandung/menangkap atau “conceptus” yang
secara harfiah adalah tangkapan. Jadi, konsep adalah hasil tangkapan
intelek/akal budi manusia/ide. Konsep atau idea itu dinyatakan dengan
sebuah tanda lahiriah berupa sebuah kata /beberapa kata yang disebut “term”. Term jika dipandang dari sudut fungsinya dalam sebuah kalimat atau proposisi, yakni sebagai subjek/predikat. Jika term itu terdiri atas satu kata saja, maka ia disebut "term tunggal” dan disebut "term majemuk"
jika terdiri atas lebih dari satu kata.
B.
CIRI-CIRI DAN LUAS KONSEP
Konsep
itu menunlut pada sejumlah objek dan dengan demikian objek-objek yang ditunjuk
oleh konsep tersebut adalah anggota-anggota tersebut. Setiap konsep selalu
mempunyai dua aspek yaitu: aspek komprehensi (denotasi) dan Aspek Ekstensi (Konotasi). aspek komprehensi (denotasi) adalah cirri-ciri atau unsure-unsur suatu konsep.
Sedangkan Aspek Ekstensi (Konotasi) adalah sejumlah objek yang tercakup oleh konsep
tersebut.
C.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
1.
Definisi
Membuat
definisi merupakan kemapuan dasar bagi setiap orang yang berminat mempelajari sebuah ilmu
pengetahuan.
a. Definisi Nominal
Penjelasan
sebuah konsep berdasarkan asal usul kata atau arti kata/konsep tersebut. Arti
kata dicari dalam kamus. Definisi ini juga disebut definisi literer; atau
Etimologi.
Contoh : "Manajemen" berasal dari bahasa prancis kuno “menegement” yang berarti seni
melaksanakan atau mengatur.
b. Definisi Real
Penjelasan
tentang konsep dengan cara menyebutkan unsur-unsur pokok/ciri-ciri utama konsep
disebut Definisi Real. Yang termasuk dalam Definisi Real adalah:
- Definisi Hakiki:
Definisi yang yang di dalam
rumusannya menyebutkan genus proximum (kelas terdekat) dan pembeda spesifik.
Contoh:
Sapi adalah herbivora yang
memiliki tanduk
Genus
proximum pembeda spesifik
Zebra adalah herbivora
yang memiliki warna kulit
belang
Genus
proximum pembeda spesifik
- Definisi Gambaran:
Definisi
yang dibuat dengan menyebutkan semua ciri konsep yang dimaksud. - Definisi
Sebab – Akibat. Contoh: Gempa
adalah bencana alam yang terjadi karena pergeseran
kulit Bumi.
- Definisi tujuan:
Definisi
yang dibuat dengan menyebutkan tujuan. Maksud atau martabat dari sebuah konsep. Contoh: Flashdisk adalah peralatan canggih
elektronik yang digunakan untuk menyimpan data.
Aturan
Membuat Definisi
Guna
mengetahui apakah definisi yang kita buat sudah tepat atau belum, kita
memerlukan beberapa peraturan.
peraturan-peraturan tersebut adalah:
- Definisi harus dapat dibolak-balik antara konsep dan rumusannya. Jika
setelah dibolak-balik tidak ditemukan konsep lain, maka definisi tersebut
sudah tepat.
- Definisi tidak boleh menggunakan bentuk negatitdengan menggunakan
katatidak atau bukan.
- Definisi tidak boleh menyebutkan konsep dalam rumusan.
- Definisi tidak boleh menggunakan kata kiasan, atau kata-kata yang mengandung arti ganda/bias.
2.
Klasifikasi
Berdasarkan aspek ekstensi konsep,
kita dapat membuat klasifikasi, atau memisahkan karena ciri khas, dan menyatukan berdasarkan kesamaan. Semakin konsep dapat dipilah-pilah sampai
bagian yang terkecil, semakin jelas konsep apa yang dimaksud. Contoh :
![]() |
Aturan Klasifikasi
Ketika kita membuat klasifikasi, pedu
diperhatikan beberapa aturan berikut ini:
1.
Pembagian harus lengkap, merinci
keseluruh, ke dalam bagian-bagian sehingga tampil sebagai sebuah kesatuan.
2.
Pembagian harus memisahkan: bagian
yang satu tidak termasuk ke dalam bagian yang lainnya.
3.
Pembagian harus menggunakan dasar
yang sama.
4.
Penggolongan sesuai dengan tujuan
yang mau dicapai.
BAB
IV
PROPOSISI
A. PENYATAAN DAN PROPOSISI
Perkataan
pernyataan mempunyai arti ganda. Pertama,
perkataan “pernyataan” berarti apa yang diungkakpkan. Contoh
: rumah ini adalah milikku. Mengungkapkan atau mengemukakan hubungan tertentu, yakni hubungan
pemilikan, antara “rumah” dengan pembicara. Kedua, perkata
an "pernyataan"dapat
berarti atau menunjuk pada rumusan verbal berupa rangkaian kata-kata yang digunakan untuk mengemukakan apa yung
hendak dikemukakan. Contoh “saya adalah
pemilik rumah ini” pada hakikatnya proposisi adalah pendirian atau pendapat tentang suatu hal, yakni
pendirian atau pendapat tentang hubungan antara dua hal. sebuah proposisi tertentu dapat
diungkapkan dengan
kalimat yang berbeda-beda. Artinya, beberapa kalimat yang berbeda, yakni rangkaian kata-kata yang
digunakan tidak sama, dapat mengungkapkan sebuah proposisi (hubungan antara dua hal)
yang sama. Misalnya, hubungan antara sebaliknya, sebuah kalimat yang sama dapat digunakan urtuk rnengungkapkan dua atau lebih proposisi yang
tidak sama. Proposisi yang rnana yang hendak dikemukakan dengan sebuah kalimat akan dapat
diketahui dari konteksnya. Misalnya, kalimat yang berbunyi "laptop
ini adalah milk paman” dapat berarti mengungkapkan sebuah proposisi yang sekadar hendak
menunjukkan siapa pemilik dari laptop itu. Tetapi, kalimat itu juga dapat
dimaksudkan untuk mengungkapkan proposisi yang menyatakan bahwa laptop tertentu itu
adalah laptop yang tidak boleh dipakai.
B. PENGERTIAN PROPOSISI
Proposisi
itu adalah sebuah pernyataan tentang hubungan antara dua konsep. Sebuah konsep yang dihubungkan dengan konsep
lain sedemikian rupa yang membentuk sebuah proposisi disebut term. Dalam contoh proposisi
yang berbunyi, “semua kambing adalah
hewan herbivora” maka term-termnya adalah konsep "kambing" dan
konsep “hewan herbivora”. Hubungan
antara konsep-konsep itu adalah berupa penentuan apakah konsep yang satu membenarkan
(mengiyakan) atau menyangkal konsep yang lainnya.yang dimaksud dengan pembenaran atau penyangkalan ini adalah penentuan apakah konsep
(kelas) yang satu termasuk ke dalam konsep (kelas) yang lain atau tidakjadi,
dipandang dari bentuknya, proposisi adalah sebuah pernyataan tentang hubungan antara dua kelas yang
didalamnya berlangsung pengiyaan atau penyangkalan bahwa kelas yang satu termasuk ke
dalam kelas yang lainnya untuk sebagian atau seluruhnya. Kelas yang dalam suatu proposisi dinyatakan termasuk atau tidak termasuk ke dalam kelas yang
lainnya dinamakan "term subjek” kelas yang ke dalamnya term subjek dinyatakan termasuk atau tidak termasuk dinamakan "term predikat”. Contoh: “semua pelukis adalah bukan laki-laki” dalam contoh ini, term
subjeknya adalah kelas atau konsep "pelukis” sedangkan term predikatnya adalah kelas atau konsep "laki-laki". Perkataan "adalah bukan" dalam contoh tadi disebut "kopula”.
C.
EMPAT BENTUK DASAR PROPOSISI TRADISIONAL
1.
Proposi Universal Afirmatif

Rumus
: Semua s adalah P
Lambang
|
|
Rumus
|
Nama
|
SaP
|
A
|
Contoh : “semua singa adalah karnivora”
2.
Proposi Universal Negatif

Rumus
: Semua S adalah bukan P
Lambang
|
|
Rumus
|
Nama
|
SeP
|
E
|
Contoh : “Semua rusa adalah bukan karnivora ”
3.
Proposi Partikular Afirmatif

Rumus
: Beberapa S adalah P
Lambang
|
|
Rumus
|
Nama
|
SiP
|
I
|
Contoh : “ Beberapa penari adalah laki-laki”
4.
Proposi Partikular Negatif

Rumus
: Beberapa S adalah bukan P
Lambang
|
|
Rumus
|
Nama
|
SoP
|
O
|
Contoh : “beberapa hewan berkaki empat adalah
bukan karnivora”
D.
DISTRIBUSI TERM
1. Proposi Universal Afirmatif
Contoh : “ semua tumbuhan adalah
makhluk hidup”. Term "tumbuhan" dalam
konteks proposisi itu mencakup semua anggota kelas "tumbuhan" (jadi
didistribusi), sedangkan term "makhluk hidup" mencakup hanya beberapa anggota kelas " makhluk
hidup" jadi tidak didistribusi.
jadi, Proposisi A :

Term Predikat = TD
Ket : D= distribusi
TD
= tidak didistribusi
2. Proposi Universal Negatif

Term subjek = D
Term predikat = D
3. Proposi Partikular Afirmatif

Term subjek = TD
Term predikat = TD
4.
Proposi Partikular Negatif

Term subjek = TD
Term predikat = D
E. PROPOSISI SEDERHANA DAN
PROPOSISI MAJEMUK
Proposisi sederhana adalah proposisi yang hanya memiliki satu subjek dan satu
predikat. Proposisi
majemuk adalah proposisi yang tersusun atas dua atau lebih proposisi sederhana. Proposisi majemuk ada 2, yaitu
:
1. Proposisi Kompositif
a)
Proposisi hipotetikal adalah proposisi majemuk yang
salah satu proposisi komponennya merupakan akibat dari proposisi komponen yang
lainnya. Bentuk
logikal proposisi hipotetikal adalah sebagai Berikut:

"jika...,maka...."
" lf . .., then . . .."
Contoh : “ Jika jalan
licin, maka ibu tidak pergi kepasar”
b)
Proposisi Alternatif adalah proposisi majemuk yang
terdiri atas dua proposisi komponen, dan salah satu dari proposisi komponennya adalah benar tanpa menutup bahwa dua-duanya
benar. Bentuk logikalnya adalah:

"Atau...,atau.."
"Either..., or...."
Contoh : “ dia ustad atau
teroris”
c)
Proposisi Disjungtif adalah proposisi majemuk yang
terdiri atas dua proposisi komponen yang dua-duanya salah. Bentuk logikalnya adalah sebagai berikut:

" Adalah tidak benar bahwa ...
dan ....."
"Neither...,nor...."
Contoh : “ Tidak demikian
halnya, bahwa pejabat selalu ramah dan Rina adalah pejabat yang jujur”
2. Proposisi Konjungtif
Proposisi Konjungtif adalah proposisi majemuk yang
proposisi-proposisi komponennya sama derajatnya, dan masing-masing dapat dikemukakan yang satu lepas dari yang lain tanpa
berubah maksudnya.

"..., dan ...."
Contoh : Wina adalah
Penari balet dan Weni adalah penyanyi K-Pop
F. HUBUNGANANTAR-PROPOSISI
J.N.
Keynes mengemukakan tujuh jenis kemungkinan hubungan antar-proposisi.
1. Hubungan Superimplikasi
Dua
proposisi dikatakan terhubung secara superimplikasi, jika kebenaran yang satu mengimplikasikan
kebenaran yang kedua, tanpa mengharuskan kebenaran yang kedua mengimplikasikan kebenaran
yang pertama. Jadi, jika P benar maka Q juga benar, tetapi jika Q benar maka P belum tentu benar.
Sebaliknya, jika
P salah maka Q belum tentu salah, tetapi jika Q salah maka P juga salah.
2. Hubungan Subimplikasi.
Pengertian
hubungan subimplikasi sama dengan pengertian superimplikasi, tetapi dilihat dari sudut
proposisi partikularnya.
3. Hubungan Kontraris.
Dua
proposisi dikatakan terhubung secara kontraris, jika kedua proposisi itu tidak dapat dua-duanya benar,
namun dapat terjadi dua-duanya salah. jika P benar maka Q pasti salah, dan sebaliknya.Tetapi,
jika P salah maka
Q belum tentu benar atau salah, dan sebaliknya
4. Hubungan Subkontraris
Hubungan
antara dua proposisi yang tidak dapat dua-duanya salah namun dapat terjadi dua-duanya
benar.Jadi, jika P salah maka Q pasti benar, tetapi jika P benar maka Q belum tentu salah atau
benar; dan sebaliknya
5. Hubungan Kontladikli (Hubungan
Penyangkalan).
Hubungan
kontradiksi adalah hubungan antara dua proposisi yang tidak dapat dua-duanya benar atau
dua-duanya salah. Jika yang satu benar maka yang lainnya salah, dan sebaliknya. Jadi,
jika P benar maka Q salah, jika P salah maka Q benar, Jika Q benar maka P salah, dan
jika Q salah maka P benar.
BAB
V
PENALARAN
A.
PENGERTIAN INFERENSI
Tindakan
akal budi memunculkan kesimpulan itu disebut "inferensi”, Jadi, inferensi adalah tindakan akal budi
berupa tindakan memunculkan sebuah proposisi yang dinamakan kesimpulan dari
atau berdasarkan proposisi (proposisi-proposisi) anteseden (premis atau
premis-premis). Berdasarkan jumlah premisnya, tindakan inferensi dibedakan
dalam dua jenis, yakni "lnferensi Langsung" dan "lnferensi Tidak Langsung". Inferensi langsung adalah inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya
satu premis. Inferensi tidak langsung adalah inferensi yang kesimpulannya
ditarik dari dua atau lebih premis-premis.
B.
INFERENSI LANGSUNG: KONVERSI DAN OBVERSI
1)
Konversi adalah proses inferensi langsung
yang berupa dari sebuah proposisi tertentu ditarik sebuah proposisi lain yang subjeknya adalah predikat dari
proposisi asal
(premis) dan predikatnya adalah subjek dari proposisi asal. Premisnya disebut
"Konvertend” dan
kesimpulannya disebut “Konverse”.
Bagan Konversi
Kovertend
|
Konverse
|
(A) Semua
S adalah P
(E) Semua S adalah bukan P
(I)
Beberapa S adalah P
(O) Beberapa S adalah bukan P
|
Beberapa P adalah 5 (l)
Semua P adalah bukan S (E)
BeberapaPadalahS (l)
nihil
|
2)
Obversi adalah proses inferensi langsung
yang berupa menarik dari sebuah proposisi tertentu (proposisi asal, premis) sebuah proposisi lain
(kesimpulan) yang mempunyai sebagai predikatnya kontradiksi dari term predikat asal, yang
disertai dengan
mengubah kualitas proposisi asalnya. Proposisi asal (premis) disebut "Obvertend” dan proposisi kesimpulannya disebut
"Obverse".
Bagan
Obversi
Obvertend
|
Obverse
|
(A) Semua
S adalah P
(E) Semua S adalah bukan P
(I) Beberapa
S adalah P
(O) Beberapa S adalah bukan P
|
Semua S adalah bukan p (E)
Semua S acialah non P (A)
Beberapa S adalah bukan non p (O)
Beberapa S adalah non p (l)
|
C.
INFERENSI TIDAK LANGSUNG: SILOGISME
1.
Silogisme
Sebuah
silogisme selalu tersusun atas tiga buah proposisi, berkeduduan sebagai premis-premis, dan satu berkedudukan
sebagai kesimpulan. Dengan demikian sebuah silogisme yang formal
terdiri atas enam unsur sebagai berikut:
1.
Term tengah : term yang hanya munculdalam
premis-premis, satu kali dalam premis
mayor dan satu kali dalam premis minor.
2.
Term mayor : predikat dari kesimpulan.
3.
Term minor : subjek dari kesimpulan.
4.
Premis mayor: premis yang memuat term mayor
5.
Premis minor : premis yang memuat term minor
6.
Kesimpulan : proposisi yang dimunculkan
berdasarkan premis-premis dan yang memuat term minor dan term mayor.
2.
Aturan Dasar Silogisme
Berdasarkan
definisi silogisme, dapat dijabarkan tiga Aturan Dasar Silogisme sebagai berikut:
1.
Silogisme terdiri atas hanya tiga
proposisi.
2.
Tiap proposisi dirumuskan dalam salah
satu bentuk dari proposisi tradisional, yakni proposisi A, E, l, dan O.
3.
Tiap silogisme memuat hanya tiga
term.
3.
Aksioma Silogisme
Agar sebuah argumen (yang berbentuk)
silogisme itu valid,
maka argumen itu harus memenuhi Aksioma Silogisme yang jumlahnya ada
Lima,
yaitu :
1.
Sekurang-kurangnya satu term tengah
harus didistribusi.
2.
Term yang di dalam kesimpulan
didistribusi, harus didistribusi juga di dalam premisnya.
3.
Sekurang kurangnya satu premis harus
afirmatif
4.
Jika salah satu premisnya negatif,
maka kesimpulannya juga harus negatif
5.
Jika premis premis dua duanya
afirmatif, maka kesimpulan juga harus afirmatif.
4.
Dalil Silogisme
Berdasarkan Aksioma dapat dijabarkan
tiga Dalil silogisme sebagai berikut ini:
1.
Sekurang-kurangnya satu premis harus universal.
2.
Jika salah satu premisnya partikular,
maka kesimpulannya juga partikular
3.
Jika premis mayornya partikular, maka
premis minornya harus afirmatif.
D.
BENTUK SILOGISME

Term Mayor: P
Term Minor: S
Ragaan Bentuk l:
M – P

S - P
Ragaan Bentuk ll:
P – M

S - P
Ragaan Bentuk lll :
M – P

S - P
Ragaan Bentuk lV:
P – M

S - P
E.
CORAK SILOGTSME
Corak
silogisme (KOMBINASI PROPOSISI) adalah wujud silogisme berdasarkan kuantitas
dan kualitas dari proposisi proposisi yang membentuk silogisme yang bersangkutan. kombinasi proposisi proposisi
tradisional yang dapat menghasilkan silogisme yang valid adalah kombinasi kombinasi berikut ini:
AA, AE, IO, AI, EA, EI, IA, OA.
F.
VALIDITAS SILOGISME
Agar valid, maka
silogisme itu harus memenuhi di samping Aturan Dasar, juga semua Aksioma Silogisme. Jika salah satu aksioma tidak dipenuhi, maka
silogisme itu tidak valid. Karena
itu untuk menguji apakah sebuah silogisme valid atau tidak valid, maka yang pertama harus dilakukan adalah menguji
apakah silogisme itu melanggar Aturan
Dasar 3 atau tidak. Jika ternyata
Aturan Dasar 3 dilanggar, maka silogisme itu sudah dapat dipastikan tidak valid. Jika ternyata bahwa silogisme
itu memenuhi Aturan Dasar 3,
maka harus melanjutkan pengujian dengan aksioma-aksioma silogisrne secara berturut-turut dimulai dengan Aksioma Silogisme
1,2,3, dan
seterusnya.
seterusnya.
G.
DICTUM DE OMNI ET NULLO
Aristoteles
merumuskan aksioma:"Diktum de omni et nullo"yang berbunyi: "Jika pada semua atau setiapanggota dari
sebuah kelos (term) diberikan predikat yang afirmatif atau
negatif, maka dapat diberikan
predikatdengan cara yang sama kepada setiap hal yang termasuk kelas itu”
1) Dictum de omni
"Jika sebuah subjek secara
universal diafirmasi,makoiuga setiop anggota dari kelas yang berkedudukan sebagai subjek jarus diafirmasi”
2) Dictumdettulla
"Jika sebah objek secara universal disangkal (dinegasi) ,maka setiap hal yang menjadi anggota kelas yang berkedudukan sebagai subjek itu harus disangkal”
Aksioma
"Dictum de omni et nullo" hanya berlaku bagi corak-corak silogisme Yang termasuk dalam bentuk l.
H.
POLISILOGISME
Polisilogisme
adalah rangkaian beberapa silogisme yang di dalamnya kesimpulan dari sebuah silogisme menjadi
sebuah premis dari silogisme berikutnya.
Contoh:
Partai yang fanatic
adalah partai yang tidak mau mengalah
Partai yang mau mengalah
adalah partai yang mau bermusyawarah
Partai yang mementingkan
golongannya sendiri bukan partai yang mau bermusyarwarah
Partai yang mau
bermusyawarah adalah seperti partai yang dituntut oleh pancasila
Jadi, Partai yang fanatic
mementingkan golongannya sendiri itu bukan partai seperti dituntut oleh
pancasila
I.
INDUKSI
1.
Argumen Analogikal (analogi induktif
atau argumentbyanalogy), Argumen Analogikal adalah penalaran yang berup menarik
kesimpulan dengan bertolak dari kesamaan antara satu aspek atau lebih hal dalam satu atau lebih aspek kesamaan dari hal-hal itu
dalam aspek-aspek lainnya.
2.
Generarisasi lnduktif, pada generarisasi lnduktif yang terjadi adalah
berdasarkan sifat atau ciri yang sama yang ada pada sejumlah hal kejadian
tertentu, disimpulkan bahwa semua kejadian tertentu mempunyai sifat yang sama
itu.
BAB
VI
KERACUNAN
BERPIKIR
Fallacy dalam bahasa lnggris secara
umum berarti gagasan atau keyakinan yang salah (palsu), Dalam arti teknis yang sempit itu, perkataan "fallacy" kita terjemahkan dengan
istilah "Kerancuan Berpikir” atau"Berpikir Rancu" atau "Kesesatan Berpikir” yang semuanya menunjuk pada jalan pikiran yang tidak tepat atau keliru. lrving M. copi (introduction to Logic,1959:5l ) membagi bentuk
bentuk argumen yang rancu itu dalam dua kelompok
besar; yakni:
1.
Formal Fallacy atau Kerancuan Formal
Kerancuan
Formal adalah bentuk-bentuk jalan pikiran yang keliru yang memperlihatkan bentuk-bentuk luar yang sama
dengan bentuk-bentuk argumen yang valid.
2.
lnformal Fallocy atau Kerancuan lnformal
Pada
Kerancuan lnformal tidak terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan formal dalam berargumen,
sekurang-kurangnya tidak terjadi pelanggaran secara langsuag terhadap aturan aturan formal. lrving M.Copi (1959:51) membagi jenis Kerancuan lnformal ke dalam dua
kelompok, yakni:
a. Kerancuan Relevansi
1)
Irrelevant conclusion (Ignoratio Elenchi,Konklusi Tidak Relevan)
lrrelevant
Conclusion terjadi jika sebuah argumen yang sesungguhnya dimaksudkan untuk mendukung sebuah kesimpulan
tertentu. namun diarahkan dan digunakan untuk membenarkan sebuah kesimpulan yang lain. Contoh: “ Orang yang
berpenyakit menular harus diasingkan. orang yang berpenyakit panu adalah
membuat penularan penyakit,jadi harus diasingkan”
2)
Argumentum ad Baculum (Appeal to Force; Merujuk Kekuatan)
Kerancuan
ini terjadi jika orang dengan mendasarkan diri pada kekuatan atau ancaman penggunaan kekuatan
memaksakan agar sebuah kesimpulan diterima atau disetujui. Contoh:
“Saya
ini Pimpinan parpol, pernyataan bahwa kami ini selalu bersih,sudaph pasti
benar!”
3)
Argumentum ad Hominem
(Abusive)
Kerancuan
ini terjadi jika suatu argumen diarahkan untuk menyerang pribadi orangnya, khususnya dengan menunjukkan
kelemahan atau kejelekan orang yang bersangkutan, dan tidak berusaha untuk secara rasional membuktikan bahwa apa yang dikemukakan orang yang diserang itu adalah salah. Contoh: “ Penceramah di kota X tidak dapat dipercaya karena
ia pernah mencuri dan mengkonsumsi narkoba”
4) Argumentum ad Hominem ( Circumstantial)
Keracunan
ini terjadi, jika sebuah argument diarahkan kepada orangnya dalam kaitan dengan
situasi orang itu sendiri. Contoh : “saya tidak setuju dengan apa yang
dikatakannya tentang agama islam, karena dia bukan orang islam”
5) Argumentum ad Ignorantiam
Keracunan
ini terjadi, jika sesuatu hal ditanyakan benar semat-mata karena belum
dibuktikan bahwa hal itu salah, atau sebaliknya. Contoh : “saya meyakini bahwa
pendapat dosen itu benar karna ia seorang guru besar”.
6) Argumentum ad Misericodiam(Menggugah Rasa Iba)
Keracunan
ini terjadi, jika rasa kasihan digugah untuk mendorong diterimanya suatu kesimpulan. Contoh : “
Pengedar Narkoba harus dihukum mati, padaha ia adalah tulang punggung
keluarganya, bagaimana dengan anak dan istrinya”.
7) Argumentum ad Populum
Keracunan
ini terjadi, jika orang berupaya mengungkapkan dan memenangkan suatu pendapat
atau pendirian dengan jalan menggugah perasaan atau emosi. Contoh : “ Saya
adalah Profesor, jadi saya tidak akan salah”
8) Argumentum ad Verecundiam
Keracunan
ini terjadi, jika usaha untuk memperoleh pembenaran atau dukungan atas suatu kesimpulan (pendapat) dilakukan dengan jalan mendasarkan diri pada kewibawaan orang
terkenal. Contoh :
“ Iklan shampoo X
diyakinkan kualitasnya oleh Anggun”
9) False Cause (Kausa palsu)
Kausa Palsu
adalah suatu argumen yang secara tidak tepat menyatakan adanya hubungan kausal (sebab akibat) antara dua hal atau
lebih, padahal hubungan kauial itu sebenarnya tidak ada. Kausa palsu ada dua
jenis, yaitu:
a. "Non
causa Pro causa": Kerancuan ini terjadi jika sesuatu yang bukan sebab dinyatakan sebagai sebab dari sesuatu hal. Contoh : “Kota X adalah sebuah kota yang paling banyak memiliki
tempat wisata. Penduduk kota X banyak yang memakai batik. Jadi, penyebab
penduduknya banyak memakai batik adalah kota X banyak memilki tempat wisata”
b. "Post Hoc Ergo Propter hoc”: argumen yang menarik suatu kesimpulan bahwa suatu kejadian adalah sebab dari terjadinya suatu peristiwa
tertentu semata-mata berdasarkan alasan bahwa kejadian
yang disebut pertama itu terjadi lebih dahulu
dari peristiwa tertentu tersebut. Contoh: “jika hendak makan tidak baca doa, maka makanannya akan dimakan makhluk
halus”
10) Complex
Questions (Pertanyaan Majemuk)
Kerancuan ini
terjadi jika diajukan sebuah pertanyaan majemuk tetapi kemajemukannya tidak
diketahui atau dikaburkan dan untuk pertanyaan tersebut dituntut hanya sebuah jawaban tunggal. Misalnya: “Apakah engkau sudah menghentikan kebiasaan mencontek temanmu?”
11) Begging
the Question (Petitio Principii)
Mengasumsikan kebenaran dari apa yang mau
dibuktikan sebagai benar dalam upaya
untuk membuktikan kebenarannya. Contoh :
“Orang batak umumnya bersuara keras
dan berwatak keras. Ketika kita berbicara dengan orang batak pasti bersuara
keras dan berwatak keras”.
B. KERANCUAN AMBIGUITAS
1. Ekuivokasi
Kerancuan
Ekuivokasi akan terjadi, jika perkataan yang sama digunakan dalam arti yang berbeda di dalam konteks yang sama. Misalnya: “ Gula baik karena gula adalah sumber energy, maka
gula baik untuk penderita diabetes”
2. Amphiboly
Kerancuan
ini terjadi, jika didalam suatu argumen dikemukakan suatu pendirian berdasarkan premis-premis yang mempunyai arti ganda. Arti ganda itu disebabkan oleh konstruksi gramaikal. Misalnya: “ Kucing makan lalu tikus mati”
3. Aksentuasi
Kerancuan
ini terjadi bila dalam suatu argumen terjadi perubahan makna yang disebabkan oleh penekanan
(aksentuasi) pada bagian atau perkataan tertentu dari argumen atau pernyataan yang bersangkutan. Misalnya: “ Tahu (mengetahui sesuatu) dan tahu (makanan)”
4. Komposisi
Kerancuan
ini terjadi jika orang dalam berargumen
mencampuradukkan antara unsure-unsur dan keseluruhan. Contoh : “Semua karnivora
berkaki empat, karena itu sapi adalah karnivora”
5. Divisi
Kerancuan
ini terjadi, jika berdasarkan apa yang berraku bagi keseruruhan ditarik
kesimpulan bahwa hal yang sama juga berlaku
bagi bagian-bagian. Contoh: “Casing
laptop paman rusak, karena itu laptop paman rusak”
0 komentar: