Jumat, 24 Juli 2020

MAKALAH METODE HARGA POKOK PESANAN 1


METODE HARGA POKOK PESANAN
TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA

METODE HARGA POKOK PESANAN

I.          KONSEP PENGUMPULAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN
A.    Pencatatan Biaya Bahan Baku (BBB) Dibagi dua prosedur, yaitu :
1)      Prosedur pencatatan pembelian bahan baku, jurnalnya:
Persediaan Bahan Baku               xxx
Utang Dagang / Kas                           xxx
2)      Prosedur pencatatan pemakaian bahan baku, menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual). Dalam setiap pemakaian bahan baku harus diketahui pesanan mana yang memerlukannya. Jurnalnya:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku            xxx
Persediaan Bahan Baku                                              xxx
B.     Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
        Diperlukan pengumpulan dua macam jam kerja, yaitu :
1)      Jam kerja total selama periode kerja tertentu.Jam kerja yang digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan.
2)      Perusahaan harus menyelenggarakan kartu hadir masing-masing karyawan, untuk mengumpulkan informasi jam kerja total selama periode kerja tertentu, untuk pembuatan Daftar Upah. Disamping itu, perusahaan harus mencatat penggunaan jam kerja masing2 karyawan untuk mengerjakan pesanan. (Masing2 karyawan dibuatkan Kartu Jam Kerja/Job Time Ticket) Jurnal untuk pembagian upah:
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Gaji dan Upah                                                                              xxx
C.     Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
BOP dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
1)      Biaya Bahan Penolong
2)      Biaya reparasi dan pemeliharaan, berupa pemakaian persediaan spareparts dan persediaan supplies pabrik
3)      Biaya tenaga kerja tak langsung
4)      Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (contoh: biaya penyusutan aktiva tetap)
5)      Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (contoh: terpakainya asuransi dibayar di muka)
6)      Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai (contoh: biaya reparasi mesain pabrik, biaya listrik)

BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Tarif BOP ditentukan pada awal tahun/periode dengan cara berikut ini :
Tarif BOP = Taksiran jumlah BOP selama 1 periode
Jumlah Dasar pembebanan BOP:
·         Satuan produk
·         Biaya Bahan Baku
·         Biaya Tenaga Kerja Langsung
·         Jam Tenaga Kerja Langsung
·         Jam Mesin

BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif Pencatatan BOP yang dibebankan kepada produk:
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik              xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan                                     xxx

Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (untuk mempertemukan BOP Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya)

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan               xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                xxx

Pencatatan BOP yang Sesungguhnya:
(1)   Pemakaian Bahan Penolong:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya         xxx
Persediaan Bahan Penolong                            xxx
(2)   Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Tak langsung:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya         xxx
Gaji dan Upah                                                 xxx
(3)   Pencatatan Produk Selesai
·    Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan dari rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
-          Persediaan Produk Jadi                                                    xxx
-          Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku                        xxx
-          Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung      xxx
-          Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik                 xxx
·    Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.

II.       MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PESANAN
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi perpesanan bermanfaat bagi manajemen dalam :
1)      Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

2)      Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian.
3)      Memantau realisasi biaya produksi
Jika suatu pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk memantau apakah proses produksi untuk memenuhi tertentu menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
4)      Menghitung laba atau rugi dan pesanan
Untuk mengetahui apakah suatu pesanan menghasilkan laba atau tidak, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi sesungguhnya keluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap pesanan.
5)      Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan batang dalam proses yang disajikan neraca.
Pada saat perusahaan dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok yang sampai dengan tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan pencatatan biaya produksi untuk setiap pesanan. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan. Di samping itu, berdasarkan catatan itu pula manajemen dapat menentukan harga pokok dari produk yang sampai dengan tanggal penyajian neraca masih dalam proses pengerjaan.

III.    KARTU PESANAN BAHAN BAKU, TENAGA KERJA DAN BOP (Biaya Overhead Pabrik)

Kode Pesan :                                        Tgl Pesan :
Nama Barang :                                      Tgl Selesai :
Kuantitas :                                             Nama Pemesan :                                         
                                                                Alamat :
Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Pabrik
Rp xxxx
Rp xxxxx
Rp           xxxxxx
Perhitungan Laba Rugi :
Penjualan                                                 Rp    xxxxx
Biaya Produksi                                         Rp    xxxxx
Biaya Non Produksi                                 Rp    xxxxx
Laba/Rugi
Harga Per unit  

Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi setiap batch atau loy dalam sistem biaya pesanan menunjukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan.
Syarat penggunaan Metode Harga Pokok Pesanan:
1)      Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual.
2)      Biaya produksi harus dipisahkan ke dalamü dua golongan, yaitu:
·         Biaya langsung (BBB & BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB & BTKL).
·         BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan yang bersangkutan, sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
3)      Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
4)      Harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost Sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam Proses.
IV.    METODE HARGA POKOK PESANAN
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.
CONTOH :
PT.Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penetuan harga pokok produksi adalah full costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomoer, dan seriap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.
Dalam bulan November 19X1, PT.Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undang sebanyak 1.500 lembar dari PT.Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp.3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT.Oki, dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp.1.000 per lembar.
Pesanan dai PT.Rimendi diberi nomor 101 dan Pesanan PT.Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
1)      Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini :
Bahan Baku :
Kertas jenis X
85 ream @ Rp.10.000
Rp.
850.000
Kertas Jenis Y
10 roll @Rp.350.000

3.500.000
Tinta jenis A
5 kg @Rp.100.000

500.000
Tinta jenis B
25 kg @Rp.25.000

625.000
Jumlah Bahan Baku yang dibeli
Rp.
5.475.000
Bahan Penolong :
Bahan Penolong A
17 kg @ Rp.10.000
Rp.
170.000
Bahan Penolong B
60 liter @Rp.5.000

300.000
Jumlah Bahan Baku yang dibeli
Rp.
470.000
Jumlah Total
Rp.
5.945.000

Perusahan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan: Persediaan bahan baku dan Persediaan bahan penolong
Pembelian Bahan baku dan bahan penolong tersebut dijurnal sebagai berikut :
Jurnal #1 :


Persediaan Bahan Baku
Rp.5.475.000

Utang Dagang

Rp.5.475.000



Jurnal #2 :


Persediaan Bahan Penolong
Rp.470.000

Utang Dagang

Rp.470.000


2)      Pemakaian Bahan Baku dan Bahan Penolong dalam Produksi
Untuk proses pesanan #101 dan #102, bahan baku yang digunakan sebagai berikut :
Bahan Baku untuk Pesanan #101:
Kertas jenis X
85 ream @ Rp.10.000
Rp.
850.000
Tinta jenis A
5 kg @Rp.100.000

500.000
Jumlah Bahan Baku untuk pesanan #101
Rp.
1.350.000

Bahan Baku untuk Pesanan #102:
Kertas Jenis Y
10 roll @Rp.350.000

3.500.000
Tinta jenis B
25 kg @Rp.25.000

625.000
Jumlah Bahan Baku untuk pesanan #102
Rp.
4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai
Rp.
5.475.000

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai berikut :
Bahan penolong P
10 kg @ Rp.10.000
Rp.
100.000
Bahan penolong P
40 liter @Rp.5.000

200.000
Jumlah bahan penolng yang dipakai dalam produksi
Rp.
300.000

            Jurnal pemakaian bahan baku :
Jurnal #3 :


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Rp.5.475.000

Persediaan Bahan Baku

Rp.5.475.000

Jurnal pemakaian bahan Penolong :
Jurnal #4 :


Barang overhead pabrik sesungguhnya
Rp.300.000

Persediaan Bahan Penolong

Rp.300.000

3)      Pencatatan biaya tenaga kerja.
Upah langsung untuk pesanan #101
225 jam @Rp.4.000
Rp.900.000
Upah langsung untuk pesanan #102
1.250 jam @Rp.4.000
Rp.5.000.000
Upah tidak langsung

Rp.3.000.000
Jumlah upah

Rp.8.900.000
Gaji Karyawan administrasi dan umum

Rp.4.000.000
Gaji karyawan Bagian Pemasaran

Rp.7.500.000
Jumlah gaji

Rp.11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja

Rp.20.400.000

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini :
a.       Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Jurnal #5 :


Gaji dan upah
Rp.20.400.000

Utang Gaji dan upah

Rp.20.400.000

b.      Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
Jurnal #6 :


Barang dalam proses-Biaya Tnk Kerja langsung
Rp.5.900.000

Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.3.000.000

Biaya Administrasi dan umum
Rp.4.000.000

Biaya pemasaran
Rp.7.500.000

Biaya Gajih dan upah

Rp.20.400.000

c.       Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Jurnal #7 :


Utang Gaji dan upah
Rp.20.400.000

Kas

Rp.20.400.000

4)      Pencatatan biaya overhead pabrik.
Misalnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.
Pesanan #101
150% x Rp. 900.000
Rp. 1.350.000
Pesanan #102
150% x Rp. 5.000.000
Rp. 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan
Rp.8.850.000

Jurnal #8 :


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik
Rp.8.850.000

Biaya overhead pabrik yang dibebankan

Rp.8.850.000

Biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi :
Biaya depresiasi mesin
Rp.1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik
Rp.2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin
Rp.700.000
Biaya Pemeliharaan mesin
Rp.1.000.000
Biaya Pemeliharaan gedung
Rp.500.000
Jumlah
Rp.5.700.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi :
Jurnal #9 :


Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.5.700.000

Akumulasi Depresiasi Mesin

Rp.1.500.000
Akumulasi Depresiasi Gedung

Rp.2.000.000
Persekot Asuransi

Rp.700.000
Persediaan Suku Cadang

Rp.1.000.000
Persediaan Bahan Bangunan

Rp.500.000



Jurnal #10 :


Biaya overhead pabrik yang dibebankan
Rp.8.850.000

Biaya overhead pabrik Sesungguhnya

Rp.8.850.000


Debit :

Jurnal #4
Rp.   300.000
Jurnal #6
Rp.3.000.000
Jurnal #9
Rp.5.700.000

Rp.9.000.000


Kredit :

Jurnal #10
Rp.8.500.000
Selisih pembebanan kurang (underapplied)
Rp.150.000

Jurnal #11 :


Selisih Biaya overhead pabrik
Rp.150.000

Biaya overhead pabrik Sesungguhnya

Rp.150.000

5)      Pencatatan harga pokok produk jadi.
Misalnya pesanan #101 telah selsesai diproduksi pada akhir periode:
Biaya Bahan Baku

Rp.1.350.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung

Rp.900.000
Biaya overhead pabrik

Rp.1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan #101
Rp.3.600.000

Jurnal #12 :


Persediaan Produk Jadi
Rp.13.600.000

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku

Rp.1.350.000
Barang Dalam Proses-Biaya TNK Langsung

Rp.900.000
Barang Dalam Proses- Biaya overhead pabrik

Rp.1.350.000





6)      Pencatatan harga pokok pesanan dalam proses.
Misalnya pesanan #102 belum selesai dikerjakan pada akhir periode, harga poko pesanan #102dapat dihitung dengan menjumlah baiay-biaya produksi yang telah dikeluakan sampai dengan akhir bulan November 19x1.
Jurnal #13
Persediaan produk dalam proses         Rp. 16.625.000  
BDP- Biaya Bahan Baku                                            Rp. 4.125.000 
BDP- Biaya TNK Langsung                                           Rp. 5.000.000
BDP- Biaya Overhead Pabrik                                     Rp. 7.500.000 

7)      Pencatatan harga produk yang dijual.
Jurnal #14
Harga Pokok Penjualan           Rp.  3.690.000
Persediaan Produk jadi                            Rp.  3.690.000
 
8)      Pencatatan Pendapatan penjualan produk.
Jurnal #15
Piutang Dagang           Rp.  3.690.000
Hasil Penjualan                            Rp.  3.690.000 


DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Akuntansi Biaya. Edisi ke-5.Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN, 2010
dinus.ac.id/repository/docs/ajar/HP_Pesanan.ppt
http://uandriana.blogspot.co.id/2013/05/6-biaya-overhead-pabrik-biaya-overhead.html


Previous Post
Next Post

0 komentar: