Rabu, 29 Juli 2020

Makalah Motivasi


MOTIVASI

    A.    ISTILAH DAN DEFINISI MOTIVASI
Menurut Drs. Manullang ada beberapa istilah mengenai motivasi, yaitu :
a)      Motif
Motif adalah daya pendorong atau tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga didalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak.
b)      Motivasi
Motivasi adalah factor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Sedangkan Drs. The Liang Gie cs dalam kamus adminitrasi memberikan perumusan “motivating” sebagai berikut :
“ pekerjaan yang dilakukan seorang manajer dalam memberikan intrupsi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawannya, untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan orang-orang atau karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki dari orang-orang tersebut”.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa “motivasi” pada dasarnya adalah “kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (‘action” atau “activities”) dan memberikan kekutatan (“energy”) yang megarah kepada pencapaian kebuthan, member kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan”.
Oleh karena itu tidak aka nada motivasi, jika tidak dirasakan adanya kebutuhan dan kepuasan serta ketidakseimbangan tersebut, Rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam diataslah yang akan menumbuhkan motivasi; dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaiank keseimbangan.
c)      Motivasi kerja
Motivasi kerja adalah adalah Sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau dengan kata lain pendorong semangat kerja.


d)      Incentive
Incentive dapat diganti dengan kata : “alat motivasi, sarana motivasi, sarana penimbulan motive atau sarana yang menimbulkan dorongan”.

    B.     MOTIVASI DAN TINDAKAN
Umum. Telah kita mengerti kiranya apa yang dimaksud dengan “motive” atau “motif” tersebut. Sekarang akan diartikan dengan tindakan yang merupakan “follow-up” dari motif tersebut, Oleh karena itu perlu untuk memahami dahulu apa sebenarnya “tindakan” tersebut. Tentunya, tindakan yang berkaitan dengan motif itu tadi. Tindakan apapun juga adalah salah satu jenis perbuatan manusia, namun perbuatan tersebut adalah yang mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki oleh orang yang melakukan kegiatan itu. Ada dua macam perbuatan menurut Drs.Manullang, yakni :
a)      Pemikiran (Thinking), yakni perbuatan rohani yang menghendaki bekerjanya daya piker (otak ) manusia.
b)      Tindakan (action), yakni perbuatan jasmani yang terutama membutuhkan gerak otot tubuh manusia, yang mengandung maksud tertentu yang memang dikehendaki yang bersangkutan.
Kesalinghubungan. Bagaimana sebenarnya hubungan antara “motivasi” dan “tindakan” tersebut ? Tidak semua perbuatan didorong oleh motif. Perbuatan yang dilakukan dengan sadar memang ada motifnya, dan itulah “tindakan” akan tetapi perbuatan yang dilakukan dengan tidak sadar tidak ada motifnya dan  hal itu dalam hubungannya dengan motif bukanlah suatu tindakan, tetapi suatu “perbuatan tanpa motif”.  Dengan demikian jelas tindakan (action) yang dimaksud disini adalah “perbuatan yang sadar tujuan”
Namun yang perlu dimengerti adalah bahwa tidak selalu dapat diketahui dengan jelas apakah yang menjadi motif dari tindakan seseorang itu. Hal ini persis seperti halnya kalau kita ingin mengukur besarnya gunusn es. Yang terlihat hanyalan permukaaannya saja,sedangkan besarnya gunung es yang sebenarnya tidak diketahui.

    C.    TEORI-TEORI MOTIVASI

a)      Teori Dua Atau Aktor (Hezberg)
Hezberg mengembangkan teori dua faktor tentang motivasi, dimana faktor yang membuat orang merasa puas dan yang membuat tidak puas (ekstrinsik dan intrinsik) yang juga dikenal sebagai teori higienis motivasi (motivation hygiene theogry). Hezberg menggunakan wawancara yang menjawab seperti : “dapatkah ada menguraikan secara terperinci apabila ada merasa sangat baik melakukan pekerjaan anda?” serta” dapat anda menguraikan secara terperinci apabila anda merasa sangat jelek melakukan pekerjaan anda?”
Penelitian Herzberg melahirkan dua kesimpulan mengenai teori tersebut: pertama: ada serangkain kondisi ekstrinsik, dimana pekerjaan dan hygienic yang menyebabkan rasa tidak puas diantara para karyawan, apabila kondisi itu tidak ada, maka hal ini tidak perlu memotivasi karyawan. Sebaliknya, apabila keadaan pekerjaan dan hygienic cukup baik, keadaan ini dapat membentuk kepuasan bagi karyawan. Faktor-faktor itu meliputi:
1)      Upah
2)      Keamanan kerja
3)      Kondisi kerja dan hygienic
4)      Status
5)      Prosedur perusahaan
6)      Mutu dari supervisi teknis
7)      Mutu dari hubungan interpersonal diantara teman sejawat, dengan atasan dan dengan bawahan
Kedua: serangkain kondisi intrinsik kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan maka akan menggerakan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi ini tidak ada, maka tidak menimbulkan rasa ketidak puasan yang berlebih, yang dinamakan pemuas atau motivator yang meliputi, antara lain:
1)         Prestasi (achievement)
2)         Pengakuan (recognition)
3)         Tanggung jawab (responsibility)
4)         Kemajuan (advancement)
5)         Pekerjaan itu sendiri (the work it self)
6)         Kemungkinan berkembang (possibility of growth)

b)      Teori Kebutuhan (Mccleliand)
Mc Cleliand mengemukakan teori bahwa motivasi erat hubungannya dengan konsep belajar. Ia berpendapat bahwa banyak kebutuhan diperoleh dari kebudayaan. Teori dari kebutuhan, antara lainsebagai berikut:
1)         Kebutuhan akan prestasi
2)         Kebutuhan akan afiliasi
3)         Kebutuhan akan kekuasaan
McClelland mengemukakan, apabila seseorang sangat mendesak untuk memenuhi kebutuhan itu, maka akan memotivasi orang tersebut untuk berusaha keras memenuhi kebutuhannya. Jika orang mempunyai n. Arch tinggi, maka kebutuhan ini mendorong orang untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan dan bekerja keras untuk mencapai tujuan itu.

c)      Teori Pencapain Sasaran (Goal Setting Theory)
Teori pencapain sangat spesifik jika dilihat dari tingkat kesulitan didalam pencapain mempunyai standar performa yang tinggi. Setiap individu dimotivasi untuk menguasai potensi kekuatan dirinya  (self afficacy), yaitu individu percaya bahwa dirinya dapat dan mampu sesuai dengan performa yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam pekerjaannya.
Proses dari teori ini merupakan identifikasi dari tiap karyawan dengan menentukan tingkat performa. Selanjutnya, kriteria performa tersebut dapat ditentukan target atau sasaran yang akan dicapainya. Apabila standar performa tertentu dapat ditentukan, maka sasaran akan dapat ditetapkan.
Melalui proses teori pemberdayaan, eskalasi pengenalan kekuatan diri seseorang akan menciptakan suatu kondisi dimana orang akan merasa memiliki kepercayaan diri yang tinggi  (self convidence) sebagai akibat dari pemahaman dan penguasaan potensi diri yang sangat kuat. Kondisi demikian dapat digambarkan sebagai seseorang yang profesional didalam suatu bidang keahliannya.
d)       Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori keadilan menguraikan bahwa setiap individu didalam melaksanakan pekerjaannya selalu membandingkan antara input tugas dan hasil, beserta yang lainnya didalam pertanggung jawaban, serta berusaha mengatasi ketidakseimbangan beban tugasnya. Menurut teori keadilan, umumnya ada empat perbandingan yang selalu diperhatikan karyawan didalam menciptakan keseimbangan dalam tugasnya, antara lain:
1)      Perbandingan diri didalam dirinya
2)      Perbandingan dari luar dirinya
3)      Perbandingan lain dari dalam: tentang keberadaan dirinya didalam kelompok atau organisasi
4)      Perbandingan lain dari luar: tentang keberadaan dirinya dan kelompok serta kedudukan dirinya diluar organisasi
Berdasarkan teori keadilan ini, jika karyawan membandingkan dirinya dengan keadaan disetiap situasi yang dikemukakan sebelumnya, akan menciptakan ketidak adilan bagi dirinya, keadaan ini akan diikuti perubahan didalam kualitas pekerjaan yang tadinya seimbang menjadi tidak seimbang, sebagai contoh adalah sebagai berikut:
1)      Dilihat dari input, jangan diharapkan karyawan akan melakukan tugas dengan sepenuh tenaga
2)      Usaha mengubah hasil, produktivitas sebelumnya dengan kualitas tinggi secara bertahap akan berubah menjadi kualitas rendah
3)      Keadaan yang memaksa diri, dimana karyawan tidak akan bekerja secara maksimal. Karyawan akan bekerja melihat sesuai dengan hasil terendah dari karyawan lainnya
4)      Selalu membandingkan dan menetapkan standar pada hasil pekerjaan orang lain yang paling rendah
5)      Membanding-bandingkan hasil kerja denga orang lain, seperti anak kecil dibandingkan hasil kerjanya dengan orang dewasa, dan sebagainya
6)      Terakhir, setelah membanding-bandingkan, keputusan yang paling tepat menurutnya adalah secepatnya menyelesaikan pekerjaan, misalnya karyawan akan bekerja dengan cara cepat, tanpa mengindahkan bagaimana kualitas pekerjaan

    D.    BERBAGAI PANDANGAN TENTANG MOTIVASI DALAM ORGANISASI
Model Motivasi. Para manajer mempunyai berbagai pendapat tentang motivasi dengan pendekatan model-model motivasi. Menurut mereka terdapat 3 model motivasi, yakni :
a.       Model tradisional : Model ini ada hubungannya dengan F.W. Taylor dan manajemen ilmiah. Dalam hal ini aspek yang sangat penting para manajer adalah bagaimana membuat karyawannya dapat menjalankan pekerjaan mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling efesien. Disinilah penelitian “time and motion studi” dari F.W Taylor penting untuk memecahkan permasalahan. Secara “tradsional” para manajer mendorong atau memotivasi tenaga kerja tersebut dengan cara memberikan imbalan berupa upah/gaji yang main meningkat. Artinya, apabila mereka rajin bekerja dan aktif, upahnya akan dinaikkan. Pandangan ini menganggap bahwa pada dasarnya karyawan  adalah malas dan dapat didorong kembali hanya dengan imblan keuangan. Meskipun dengan demikian para manajer makin lama makin mengurangi jumlah imbalan tersebut.
b.      Model hubungan Manusia (Human Relation Model). Model ini lebih menekankan dan menganggap penting adanya factor “ Kontak Sosial” yang dialami para karyawan saat bekerja, daripada factor imblan sebagaiaman dikemukakan oleh model tradisional. Hal ini tidak berarti masalah imbalan diabaikan. Menurut pencetus model ini, para manajer dapat memotivasi karyawannya dengan cara mengakhiri kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka merasa penting dan berguna. Ini berarti kepuasan dalam bekerja karyawan harus ditingkatkan, antara lain dengan cara memberikan lebih banyak kebebasan kepada karyawan untuk mengambil keputusan dalam menjaalankan pekerjaan mereka. Disini ditumbuhkan kontak sosial atau hubungan kemanusiaan dengan karywan dengan lebih baik, sebagai factor motivasi.
c.       Model Sumber Daya Manusia (Human Resource Model). Model ini timbul sebagai kritikan terhadap “Model Hubungan Manusia”. Pengkritik-pengkritik tersbut antara lain argrys, Mc Gregor, Maslow dan Libert, mengkritik model hubungan manusiawi sebagai model yang hanya memanipulir para karyawan dengan cara lebih canggih. Mereka berpendapat bahwa motivasi karyawan tidak hanya pada upah atau kepuasan kerja, namun beraneka ragam. Motivasi yang penting bagi karyawan menurut model sumber daya manusia ini adalah : pengembangan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan organisasi dan anggota-anggota organisasi, dimana setiap karyawan menyumangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuan mereka.

    E. CONTOH KASUS
            Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Kabupaten Mendung Kelabu dihadapkan pada persoalan tingkat ketidakhadiran pegawai yang cukup tinggi. Pada hari setiap Senin dan Jumat kurang lebih 26% pegawai tidak masuk kerja. Berdasarkan hasil rapat yang diikuti oleh para pimpinan PAM tersebut, hal ini sudah membudaya dan sulit diperbaiki sebab banyak karyawan yang mempunyai pekerjaan tambahan di luar kantor .
Basuki sebagai Kabag Kepegawaian, baru saja mengikuti pelatihan mengenai pengembangan sumberdaya manusia pada salah satu perguruan tinggi ternama. Setelah mengikuti pelatihan, Basuki terinspirasi untuk mengadakan perubahan dalam manajemen kepegawaian. Karena setelah dianlisis secara ekonomi, tingkat ketidakhadiran pegawai ini dapat merugikan perusahaan 1 juta Rupiah per minggu. Basuki yakin, dengan perubahan ini akan dapat mengurangi kerugian.
Basuki mengajukan rencana untuk menyelesaikan masalah ini kepada atasannya, Kepala Cabang PLN, yang bernama Badjuri. Rencana Basuki adalah sebagai berikut:
Setiap hari Jumat pukul 15.00 diadakan undian yang akan ditarik setiap minggu. Kartu absen semua pegawai yang bekerja penuh mentaati jam kerja pada minggu itu akan dimasukkan ke dalam kotak undian.  Setiap minggu 2 orang pemenang akan mendapatkan hadiah berupa Voucher Rp 500.000,- Pada setiap akhir bulan juga akan diadakan undian bulanan dimana pegawai yang tidak pernah absen saja yang akan diikutkan dalam undian. Undian bulanan menyediakan hadiah bagi satu pemenang berupa Voucer seharga  1 juta Rupiah.
Setelah menyimak rencana Basuki dan mengadakan kalkulasi keuangan dengan Kabag keuangan, Badjuri sebagai Kepala Cabang menyetujui rencana ini, dan langsung diimplementasikan pada bulan berikutnya.
Setalah berjalan selama empat bulan, diadakan evaluasi terhadap tingkat ketidakhadiran pegawai. Hasilnya berkat kebijakan tersebut tingkat ketidakhadiran per minggu hanya sekitar 2 persen. Tetapi kemudian muncullah suatu persoalan. Beberapa pegawai datang tapi tidak jelas melakukan pekerjaan apa, beberapa pegawai memaksakan diri untuk datang ke kantor  walaupun dalam keadaan sakit yang perlu istirahat, sehingga memungkinkan terjadi penularan terhadap pekerja yang sehat.


DAFTAR PUSTAKA

Martoyo Susilo, Motivasi : Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA. 2007
Hamirul, Motivasi : Perilaku Organisasi. Padang : Universitas Putra Indonesia. 2016
http://renisunjastrilestari.blogspot.com/2014/11/contoh-kasus-motivasi-kerja.html?m=1


Previous Post
Next Post

0 komentar: