Rabu, 22 Juli 2020

MAKALAH METODE HARGA POKOK PESANAN 2


METODE HARGA POKOK PESANAN
TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA

I.          KONSEP PENGUMPULAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN
A.    Pencatatan Biaya Bahan Baku (BBB)
Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi : metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat dalam kartu persediaan.
Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.
 Menurut system periodic terdapat beberapa cara, seperti berikut ini :
1)      Metode Identifikasi Khusus (Specifik Identification Method).
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok persatuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga persatuannya berbeda dengan harga per satuan harga bahan baku yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalm metode ini, tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat.
2)      Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (Firs-in, Firs-out Method). Metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan di sini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tida harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.
3)      Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (Last-in, Firs-out Method). Metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.
4)      Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method). Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan baku yang di pakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan harga bahan baku yang ada di gudang. Metode ini disebut pula denan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai angka penimbangnya.
5)      Metode Biaya Standart. Dalam metode ini bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga stadart (stadart price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Harga standart merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standart tersebut.
6)      Metode Rata-Rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan. Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dalam bulan berikutnya.
B.     Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
Dalam akuntansi biaya, tenaga kerja dibedakan menjadi 2, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Hal yang membedakan kedua tenaga kerja ini adalah berdasarkan keterlibatan dalam proses produksi.
Definisi Tenaga Kerja Langsung adalah setiap orang yang terkait langsung dalam proses produksi dan biayanya dapat diidentifikasi secara khusus kepada suatu proses produksi serta dikaitkan pada barang yang dihasilkan.
Karakteristik Tenaga Kerja Langsung :
·         Tingkat kegiatan produksi menentukan besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja langsung
·         Biaya yang dikeluakan untuk tenaga kerja langsung ini merupakan jenis biaya variabel
·         Tenaga kerja yang langsung berkaitan dengan proses produksi
·         Dalam penentuan harga pokok, kegitan tenaga kerja langsung dapat dikaitkan langsung dengan produk akhir
·         Tempat bekerja berada didalam pabrik atau tempat produksi barang
Definisi Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah setiap orang yang tidak terkait langsung dalam proses produksi dan biayanya tidak dapat diidentifikasi secara khusus kepada suatu proses produksi tertentu.
Karakteristik Tenaga Kerja Tidak Langsung :
·         Tingkat kegiatan produksi tidak mempengaruhi besar kecilnya biaya tenaga kerja tidak langsung
·         Biaya yang dikeluakan untuk tenaga kerja tidak langsung ini merupakan jenis biaya semi variabel
·         Tenaga kerja tidak langsung  tidak selalu bekerja didalam pabrik atau tempat produksi barang, tetapi bisa diluar pabrik
Dalam suatu perusahaan, perencanaan tenaga kerja harus bagus supaya teaga kerja menjadi tenaga kerja yang lebih berkualitas. Ada beberapa pertimbangan dalam perencanaan tenaga kerja, yaitu Kebutuhan tenaga kerja, Pencarian atau penarikan tenaga kerja, Latihan bagi tenaga kerja baru, Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja, Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja dan Pengawasan tenaga kerja
C.    Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya Overhead Pabrik (BOP) BOP adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.  Contoh: biaya listrik & air, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya sewa gedung pabrik, biaya depresiasi gedung pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya asuransi pabrik dan lain-lain.
Beberapa jenis biaya yang dikategorikan sebagai BOP diantaranya sebagai berikut:
1)      Biaya bahan mentah tidak langsung (bahan penolong)
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
2)      Biaya tenaga kerja tidak langsung (termasuk gaji)
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga keja tidak langsung terdiri dari :
·         Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan depertemen gudang
·         Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen produksi, karyawan adminstrasi pabrik, dan mandor.
3)      Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipmen, kendaraan, perkakas laboraturium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
4)      Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equipmen, perkakas laboraturium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
5)      Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipmen, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi karugian trial-run.
6)      Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

BOP sesungguhnya adalah BOP yang benar-benar terjadi, sedangkan BOP dibebankan adalah BOP dengan menggunakan tarif yang ditentukan dimuka.
BOP dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
1)      Biaya Bahan Penolong
2)      Biaya reparasi dan pemeliharaan, berupa pemakaian persediaan spareparts dan persediaan supplies pabrik
3)      Biaya tenaga kerja tak langsung
4)      Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (contoh: biaya penyusutan aktiva tetap)
5)      Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (contoh: terpakainya asuransi dibayar di muka)
6)      Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai (contoh: biaya reparasi mesain pabrik, biaya listrik)

BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Tarif BOP ditentukan pada awal tahun/periode dengan cara berikut ini :
Tarif BOP = Taksiran jumlah BOP selama 1 periode.
Dasar Pembebanan BOP meliputi:
a.       Unit produksi
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi atau anggaran BOP dengan estimasi jumlah unit yang diproduksi.
b.      Biaya bahan baku
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya bahan baku.
c.       Biaya tenaga kerja langsung
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya tenaga kerja langsung.
d.      Jam kerja langsung
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam kerja langsung
e.       Jam mesin
Tarif BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam mesin

BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif Pencatatan BOP yang dibebankan kepada produk:
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik              xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan                                     xxx

Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (untuk mempertemukan BOP Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya)

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan               xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                xxx
Pencatatan BOP yang Sesungguhnya:
(1)   Pemakaian Bahan Penolong:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya         xxx
Persediaan Bahan Penolong                            xxx
(2)   Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Tak langsung:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya         xxx
Gaji dan Upah                                                 xxx
(3)   Pencatatan Produk Selesai
·    Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan dari rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
-          Persediaan Produk Jadi                                                    xxx
-          Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku                        xxx
-          Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung      xxx
-          Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik                 xxx
·    Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.

II.       MANFAAT INFORMASI HARGA POKOK PESANAN
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi perpesanan bermanfaat bagi manajemen dalam :
1)      Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

2)      Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian.
3)      Memantau realisasi biaya produksi
Jika suatu pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk memantau apakah proses produksi menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
4)      Menghitung laba atau rugi dan pesanan
Untuk mengetahui apakah suatu pesanan menghasilkan laba atau tidak, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi sesungguhnya keluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap pesanan.
5)      Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan barang dalam proses yang disajikan neraca.
Pada saat perusahaan dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan barang jadi dan harga pokok yang sampai dengan tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan pencatatan biaya produksi untuk setiap pesanan. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan. Di samping itu, berdasarkan catatan itu pula manajemen dapat menentukan harga pokok dari produk yang sampai dengan tanggal penyajian neraca masih dalam proses pengerjaan.

III.    KARTU PESANAN BAHAN BAKU, TENAGA KERJA DAN BOP (Biaya Overhead Pabrik)
 












Contoh kartu pesanan bahan baku, tenaga kerja dan BOP
Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam penentuan biaya pesanan yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi setiap batch atau loy dalam sistem biaya pesanan menunjukkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan.
Syarat penggunaan Metode Harga Pokok Pesanan:
1)      Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual.
2)      Biaya produksi harus dipisahkan ke dalamü dua golongan, yaitu:
·         Biaya langsung (BBB & BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB & BTKL).
·         BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan yang bersangkutan, sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
3)      Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
4)      Harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost Sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam Proses.
IV.    METODE HARGA POKOK PESANAN
Metode harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang dikumpulkan untuk setiap pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.
CONTOH :
PT.Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima. Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penetuan harga pokok produksi adalah full costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomoer, dan seriap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.
Dalam bulan November 19X1, PT.Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undang sebanyak 1.500 lembar dari PT.Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp.3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT.Oki, dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp.1.000 per lembar.
Pesanan dai PT.Rimendi diberi nomor 101 dan Pesanan PT.Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
1)      Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini :
Bahan Baku :
Kertas jenis X
85 ream @ Rp.10.000
Rp.
850.000
Kertas Jenis Y
10 roll @Rp.350.000

3.500.000
Tinta jenis A
5 kg @Rp.100.000

500.000
Tinta jenis B
25 kg @Rp.25.000

625.000
Jumlah Bahan Baku yang dibeli
Rp.
5.475.000
Bahan Penolong :
Bahan Penolong A
17 kg @ Rp.10.000
Rp.
170.000
Bahan Penolong B
60 liter @Rp.5.000

300.000
Jumlah Bahan Baku yang dibeli
Rp.
470.000
Jumlah Total
Rp.
5.945.000

Perusahan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan: Persediaan bahan baku dan Persediaan bahan penolong
Pembelian Bahan baku dan bahan penolong tersebut dijurnal sebagai berikut :
Jurnal #1 :


Persediaan Bahan Baku
Rp.5.475.000

Utang Dagang

Rp.5.475.000



Jurnal #2 :


Persediaan Bahan Penolong
Rp.470.000

Utang Dagang

Rp.470.000


2)      Pemakaian Bahan Baku dan Bahan Penolong dalam Produksi
Untuk proses pesanan #101 dan #102, bahan baku yang digunakan sebagai berikut :
Bahan Baku untuk Pesanan #101:
Kertas jenis X
85 ream @ Rp.10.000
Rp.
850.000
Tinta jenis A
5 kg @Rp.100.000

500.000
Jumlah Bahan Baku untuk pesanan #101
Rp.
1.350.000

Bahan Baku untuk Pesanan #102:
Kertas Jenis Y
10 roll @Rp.350.000

3.500.000
Tinta jenis B
25 kg @Rp.25.000

625.000
Jumlah Bahan Baku untuk pesanan #102
Rp.
4.125.000
Jumlah bahan baku yang dipakai
Rp.
5.475.000

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai berikut :
Bahan penolong P
10 kg @ Rp.10.000
Rp.
100.000
Bahan penolong P
40 liter @Rp.5.000

200.000
Jumlah bahan penolng yang dipakai dalam produksi
Rp.
300.000

            Jurnal pemakaian bahan baku :
Jurnal #3 :


Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Rp.5.475.000

Persediaan Bahan Baku

Rp.5.475.000

Jurnal pemakaian bahan Penolong :
Jurnal #4 :


Barang overhead pabrik sesungguhnya
Rp.300.000

Persediaan Bahan Penolong

Rp.300.000

3)      Pencatatan biaya tenaga kerja.
Upah langsung untuk pesanan #101
225 jam @Rp.4.000
Rp.900.000
Upah langsung untuk pesanan #102
1.250 jam @Rp.4.000
Rp.5.000.000
Upah tidak langsung

Rp.3.000.000
Jumlah upah

Rp.8.900.000
Gaji Karyawan administrasi dan umum

Rp.4.000.000
Gaji karyawan Bagian Pemasaran

Rp.7.500.000
Jumlah gaji

Rp.11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja

Rp.20.400.000

Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini :
a.       Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Jurnal #5 :


Gaji dan upah
Rp.20.400.000

Utang Gaji dan upah

Rp.20.400.000



b.      Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
Jurnal #6 :


Barang dalam proses-Biaya Tnk Kerja langsung
Rp.5.900.000

Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.3.000.000

Biaya Administrasi dan umum
Rp.4.000.000

Biaya pemasaran
Rp.7.500.000

Biaya Gajih dan upah

Rp.20.400.000

c.       Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Jurnal #7 :


Utang Gaji dan upah
Rp.20.400.000

Kas

Rp.20.400.000

4)      Pencatatan biaya overhead pabrik.
Misalnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.
Pesanan #101
150% x Rp. 900.000
Rp. 1.350.000
Pesanan #102
150% x Rp. 5.000.000
Rp. 7.500.000
Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan
Rp.8.850.000

Jurnal #8 :


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik
Rp.8.850.000

Biaya overhead pabrik yang dibebankan

Rp.8.850.000

Biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi :
Biaya depresiasi mesin
Rp.1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik
Rp.2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin
Rp.700.000
Biaya Pemeliharaan mesin
Rp.1.000.000
Biaya Pemeliharaan gedung
Rp.500.000
Jumlah
Rp.5.700.000



Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi :
Jurnal #9 :


Biaya overhead pabrik sesungguhnya
Rp.5.700.000

Akumulasi Depresiasi Mesin

Rp.1.500.000
Akumulasi Depresiasi Gedung

Rp.2.000.000
Persekot Asuransi

Rp.700.000
Persediaan Suku Cadang

Rp.1.000.000
Persediaan Bahan Bangunan

Rp.500.000

Jurnal #10 :


Biaya overhead pabrik yang dibebankan
Rp.8.850.000

Biaya overhead pabrik Sesungguhnya

Rp.8.850.000

Debit :

Jurnal #4
Rp.   300.000
Jurnal #6
Rp.3.000.000
Jurnal #9
Rp.5.700.000

Rp.9.000.000


Kredit :

Jurnal #10
Rp.8.500.000
Selisih pembebanan kurang (underapplied)
Rp.150.000

Jurnal #11 :


Selisih Biaya overhead pabrik
Rp.150.000

Biaya overhead pabrik Sesungguhnya

Rp.150.000

5)      Pencatatan harga pokok produk jadi.
Misalnya pesanan #101 telah selsesai diproduksi pada akhir periode:
Biaya Bahan Baku

Rp.1.350.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung

Rp.900.000
Biaya overhead pabrik

Rp.1.350.000
Jumlah harga pokok pesanan #101
Rp.3.600.000

Jurnal #12 :


Persediaan Produk Jadi
Rp.13.600.000

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku

Rp.1.350.000
Barang Dalam Proses-Biaya TNK Langsung

Rp.900.000
Barang Dalam Proses- Biaya overhead pabrik

Rp.1.350.000

6)      Pencatatan harga pokok pesanan dalam proses.
Misalnya pesanan #102 belum selesai dikerjakan pada akhir periode, harga poko pesanan #102dapat dihitung dengan menjumlah baiay-biaya produksi yang telah dikeluakan sampai dengan akhir bulan November 19x1.
Jurnal #13
Persediaan produk dalam proses         Rp. 16.625.000  
BDP- Biaya Bahan Baku                                            Rp. 4.125.000 
BDP- Biaya TNK Langsung                                           Rp. 5.000.000
BDP- Biaya Overhead Pabrik                                     Rp. 7.500.000 

7)      Pencatatan harga produk yang dijual.
Jurnal #14
Harga Pokok Penjualan           Rp.  3.690.000
Persediaan Produk jadi                            Rp.  3.690.000
 
8)      Pencatatan Pendapatan penjualan produk.
Jurnal #15
Piutang Dagang           Rp.  3.690.000
Hasil Penjualan                            Rp.  3.690.000 


Previous Post
First

0 komentar: