METODE HARGA
POKOK PESANAN
TUGAS
MATA KULIAH AKUNTANSI BIAYA
I.
KONSEP PENGUMPULAN
BIAYA BERDASARKAN PESANAN
A.
Pencatatan Biaya Bahan Baku (BBB)
Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang
dipakai dalam produksi : metode mutasi persediaan (perpetual inventory
method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam
metode mutasi persediaan, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu
persediaan. Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan bahan baku
dari pembelian saja yang dicatat dalam kartu persediaan.
Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam
penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produksinya
dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Metode mutasi persediaan adalah
cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan
dengan metode harga pokok pesanan.
Menurut system periodic terdapat beberapa cara,
seperti berikut ini :
1)
Metode Identifikasi
Khusus (Specifik Identification Method).
Dalam
metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada
harga pokok persatuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan
baku yang harga persatuannya berbeda dengan harga per satuan harga bahan baku
yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada
harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalm metode ini, tiap-tiap jenis bahan baku
yang ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiap pemakaian
bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya secara tepat.
2)
Metode Masuk
Pertama, Keluar Pertama (Firs-in, Firs-out Method).
Metode masuk pertama, keluar pertama (metode MPKP) menentukan biaya bahan baku
dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk
dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali
dipakai. Perlu ditekankan di sini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku,
anggapan aliran biaya tida harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam
produksi.
3)
Metode Masuk
Terakhir, Keluar Pertama (Last-in, Firs-out Method).
Metode masuk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) menentukan harga pokok
bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per
satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk
menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.
4)
Metode Rata-Rata
Bergerak (Moving Average Method). Dalam
metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok
rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya.
Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan
harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan
perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru. Bahan baku yang di
pakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah
satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan harga
bahan baku yang ada di gudang. Metode ini disebut pula denan metode rata-rata
tertimbang, karena dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku,
metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai angka penimbangnya.
5)
Metode Biaya
Standart. Dalam metode ini bahan baku
yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga stadart (stadart
price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan
terjadi di masa yang akan datang. Harga standart merupakan harga yang
diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku
dibebankan kepada produk pada harga standart tersebut.
6)
Metode Rata-Rata
Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan.
Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan perhitungan harga pokok
rata-rata per satuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Harga
pokok rata-rata per satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok
bahan baku yang dipakai dalam produksi dalam bulan berikutnya.
B. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
Dalam akuntansi biaya, tenaga kerja dibedakan menjadi 2,
yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Hal yang
membedakan kedua tenaga kerja ini adalah berdasarkan keterlibatan dalam proses
produksi.
Definisi Tenaga Kerja Langsung adalah setiap
orang yang terkait langsung dalam proses produksi dan biayanya dapat
diidentifikasi secara khusus kepada suatu proses produksi serta dikaitkan pada
barang yang dihasilkan.
Karakteristik Tenaga Kerja Langsung :
·
Tingkat kegiatan
produksi menentukan besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja langsung
·
Biaya yang
dikeluakan untuk tenaga kerja langsung ini merupakan jenis biaya variabel
·
Tenaga kerja yang
langsung berkaitan dengan proses produksi
·
Dalam penentuan
harga pokok, kegitan tenaga kerja langsung dapat dikaitkan langsung dengan
produk akhir
·
Tempat bekerja
berada didalam pabrik atau tempat produksi barang
Definisi Tenaga
Kerja Tidak Langsung adalah setiap orang yang tidak terkait langsung
dalam proses produksi dan biayanya tidak dapat diidentifikasi secara khusus
kepada suatu proses produksi tertentu.
Karakteristik Tenaga Kerja Tidak Langsung :
Karakteristik Tenaga Kerja Tidak Langsung :
·
Tingkat kegiatan
produksi tidak mempengaruhi besar kecilnya biaya tenaga kerja tidak langsung
·
Biaya yang
dikeluakan untuk tenaga kerja tidak langsung ini merupakan jenis biaya semi
variabel
·
Tenaga kerja tidak
langsung tidak selalu bekerja didalam
pabrik atau tempat produksi barang, tetapi bisa diluar pabrik
Dalam suatu
perusahaan, perencanaan tenaga kerja harus bagus supaya teaga kerja menjadi
tenaga kerja yang lebih berkualitas. Ada beberapa pertimbangan dalam
perencanaan tenaga kerja, yaitu Kebutuhan tenaga kerja, Pencarian atau
penarikan tenaga kerja, Latihan bagi tenaga kerja baru, Evaluasi dan
spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga kerja, Gaji dan upah yang harus diterima
oleh tenaga kerja dan Pengawasan tenaga kerja
C.
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
(BOP)
Biaya Overhead Pabrik (BOP)
BOP adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Contoh: biaya listrik & air, biaya bahan penolong, biaya
tenaga kerja tidak langsung, biaya sewa gedung pabrik, biaya depresiasi gedung
pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya asuransi pabrik dan lain-lain.
Beberapa jenis biaya yang dikategorikan sebagai BOP
diantaranya sebagai berikut:
1)
Biaya bahan mentah
tidak langsung (bahan penolong)
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk
jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya
relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
2)
Biaya tenaga kerja
tidak langsung (termasuk gaji)
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan
tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan
biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung
tersebut. Tenaga keja tidak langsung terdiri dari :
·
Karyawan yang
bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen pembangkit
tenaga listrik, uap, bengkel dan depertemen gudang
·
Karyawan tertentu
yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen produksi,
karyawan adminstrasi pabrik, dan mandor.
3)
Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan
jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan
emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipmen, kendaraan,
perkakas laboraturium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan
pabrik.
4)
Biaya yang timbul
sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan
equipmen, perkakas laboraturium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang
digunakan di pabrik.
5)
Biaya yang timbul
sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipmen,
asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi karugian
trial-run.
6)
Biaya overhead
pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan,
biaya listrik PLN dan sebagainya.
BOP sesungguhnya adalah BOP yang benar-benar terjadi, sedangkan BOP
dibebankan adalah BOP dengan menggunakan tarif yang ditentukan dimuka.
BOP dikelompokkan menjadi beberapa
golongan, yaitu :
1)
Biaya Bahan Penolong
2)
Biaya reparasi dan pemeliharaan, berupa pemakaian persediaan spareparts dan
persediaan supplies pabrik
3)
Biaya tenaga kerja tak langsung
4)
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (contoh: biaya
penyusutan aktiva tetap)
5)
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (contoh: terpakainya
asuransi dibayar di muka)
6)
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran
tunai (contoh: biaya reparasi mesain pabrik, biaya listrik)
BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan
kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Tarif BOP ditentukan pada awal tahun/periode dengan
cara berikut ini :
Tarif BOP = Taksiran jumlah BOP selama 1 periode.
Tarif BOP = Taksiran jumlah BOP selama 1 periode.
Dasar
Pembebanan BOP meliputi:
a.
Unit produksi
Tarif
BOP dihitung dengan membagi estimasi atau anggaran BOP dengan estimasi jumlah
unit yang diproduksi.
b.
Biaya bahan baku
Tarif
BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya bahan
baku.
c.
Biaya tenaga kerja langsung
Tarif
BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah biaya tenaga
kerja langsung.
d.
Jam kerja langsung
Tarif
BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam kerja
langsung
e.
Jam mesin
Tarif
BOP dihitung dengan membagi estimasi BOP dengan estimasi jumlah jam mesin
BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu
tahun yang sama, kemudian pada akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan
kepada produk atas dasar tarif Pencatatan BOP yang dibebankan kepada produk:
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang
Dibebankan (untuk mempertemukan BOP Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya)
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Pencatatan BOP yang Sesungguhnya:
(1) Pemakaian Bahan Penolong:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Persediaan Bahan Penolong xxx
(2) Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Tak
langsung:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Gaji dan Upah xxx
(3) Pencatatan Produk Selesai
· Biaya produksi yang telah
dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan dari rekening
Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
-
Persediaan Produk Jadi xxx
-
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
-
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
-
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
· Harga Pokok Produk jadi dicatat
dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga Pokok Pesanan
tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah
selesai.
II.
MANFAAT INFORMASI
HARGA POKOK PESANAN
Dalam
perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi
perpesanan bermanfaat bagi manajemen dalam :
1)
Menentukan harga jual yang akan
dibebankan kepada pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya
berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya
produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan yang
lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena
itu harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya produksi
yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.
2)
Mempertimbangkan penerimaan
atau penolakan pesanan
Ada kalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk
di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah
menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan keputusan
tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan
diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan perlindungan
bagi manajemen agar dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian.
3)
Memantau realisasi biaya
produksi
Jika suatu pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen
memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam
memenuhi pesanan tertentu. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima untuk memantau
apakah proses produksi menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan
yang diperhitungkan sebelumnya.
4)
Menghitung laba atau rugi dan
pesanan
Untuk mengetahui apakah suatu pesanan menghasilkan laba atau tidak,
manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk
memproduksi pesanan tertentu. Informasi laba atau rugi tiap pesanan diperlukan
untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan
menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan oleh
manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi sesungguhnya keluarkan
untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi tiap pesanan.
5)
Menentukan harga pokok persediaan barang jadi dan barang dalam proses
yang disajikan neraca.
Pada saat perusahaan dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi. Di dalam neraca manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan
barang jadi dan harga pokok yang sampai dengan tanggal neraca masih dalam
proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan pencatatan
biaya produksi untuk setiap pesanan. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap
pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada
pesanan yang telah selesai diproduksi, namun pada tanggal neraca belum
diserahkan kepada pemesan. Di samping itu, berdasarkan catatan itu pula
manajemen dapat menentukan harga pokok dari produk yang sampai dengan tanggal
penyajian neraca masih dalam proses pengerjaan.
III.
KARTU PESANAN BAHAN
BAKU, TENAGA KERJA DAN BOP (Biaya
Overhead Pabrik)
![]() |
Contoh kartu pesanan bahan baku, tenaga kerja dan BOP
Kartu biaya pesanan adalah dokumen dasar dalam
penentuan biaya pesanan yang mengakumulasi biaya-biaya untuk setiap pesanan.
Karena biaya diakumulasi setiap batch atau loy dalam sistem biaya pesanan menunjukkan
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan
untuk suatu pesanan.
Syarat penggunaan Metode Harga Pokok Pesanan:
1)
Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya
secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara
individual.
2)
Biaya produksi harus dipisahkan ke dalamü dua golongan, yaitu:
·
Biaya langsung (BBB & BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB &
BTKL).
·
BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan
yang bersangkutan, sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar tarif
yang ditentukan di muka.
3) Harga pokok setiap pesanan ditentukan
pada saat pesanan selesai.
4) Harga pokok per satuan produk
dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan
tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Untuk
mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost
Sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang
Dalam Proses.
IV.
METODE HARGA POKOK
PESANAN
Metode
harga pokok pesanan adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas
dasar pesanan. Tujuan dari penggunaan metode harga pokok pesanan adalah untuk
menentukan harga pokok produk dari setiap pesanan baik harga pokok secara
keseluruhan dari tiap-tiap pesanan maupun untuk per satuan.
Dalam
metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok
produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk
pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Pada pengumpulan harga pokok pesanan dimana biaya yang dikumpulkan untuk setiap
pesanan/kontrak/jasa secara terpisah dan setiap pesanan dapat dipisahkan
identitasnya. Atau dalam pengertian yang lain, penentuan harga pokok pesanan
adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau
pekerjaan, kontrak atau tumpukan produk yang spesifik.
CONTOH :
PT.Eliona berusaha dalam
bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut
pesanan yang diterima. Pendekatan
yang digunakan perusahaan dalam penetuan harga pokok produksi adalah full costing. Untuk dapat mencatat biaya
produksi, tiap pesanan diberi nomoer, dan seriap dokumen sumber dan dokumen
pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.
Dalam bulan November 19X1,
PT.Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undang sebanyak 1.500 lembar dari
PT.Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp.3.000 per
lembar. Dalam bulan yang sama perusaan juga menerima pesanan untuk mencetak
pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT.Oki, dengan harga yang dibebankan
kepada pemesan sebesar Rp.1.000 per lembar.
Pesanan dai PT.Rimendi
diberi nomor 101 dan Pesanan PT.Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah
kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
1)
Pembelian Bahan Baku
dan Bahan Penolong
Pada tanggal 3 November
perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini :
Bahan Baku :
Kertas jenis X
|
85 ream @ Rp.10.000
|
Rp.
|
850.000
|
Kertas Jenis Y
|
10 roll @Rp.350.000
|
3.500.000
|
|
Tinta jenis A
|
5 kg @Rp.100.000
|
500.000
|
|
Tinta jenis B
|
25 kg @Rp.25.000
|
625.000
|
|
Jumlah Bahan Baku yang
dibeli
|
Rp.
|
5.475.000
|
Bahan Penolong :
Bahan Penolong A
|
17 kg @ Rp.10.000
|
Rp.
|
170.000
|
Bahan Penolong B
|
60 liter @Rp.5.000
|
300.000
|
|
Jumlah Bahan Baku yang
dibeli
|
Rp.
|
470.000
|
|
Jumlah Total
|
Rp.
|
5.945.000
|
Perusahan menggunakan dua
rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan: Persediaan bahan baku dan Persediaan
bahan penolong
Pembelian Bahan baku dan
bahan penolong tersebut dijurnal sebagai berikut :
Jurnal #1 :
|
||
Persediaan Bahan Baku
|
Rp.5.475.000
|
|
Utang Dagang
|
Rp.5.475.000
|
|
Jurnal #2 :
|
||
Persediaan Bahan Penolong
|
Rp.470.000
|
|
Utang Dagang
|
Rp.470.000
|
2)
Pemakaian Bahan Baku
dan Bahan Penolong dalam Produksi
Untuk proses pesanan #101
dan #102, bahan baku yang digunakan sebagai berikut :
Bahan Baku untuk Pesanan #101:
Kertas jenis X
|
85 ream @ Rp.10.000
|
Rp.
|
850.000
|
Tinta jenis A
|
5 kg @Rp.100.000
|
500.000
|
|
Jumlah Bahan Baku untuk
pesanan #101
|
Rp.
|
1.350.000
|
Bahan Baku untuk Pesanan #102:
Kertas Jenis Y
|
10 roll @Rp.350.000
|
3.500.000
|
|
Tinta jenis B
|
25 kg @Rp.25.000
|
625.000
|
|
Jumlah Bahan Baku untuk
pesanan #102
|
Rp.
|
4.125.000
|
|
Jumlah bahan baku yang
dipakai
|
Rp.
|
5.475.000
|
Pada saat memproses dua
pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai berikut :
Bahan penolong P
|
10 kg @ Rp.10.000
|
Rp.
|
100.000
|
Bahan penolong P
|
40 liter @Rp.5.000
|
200.000
|
|
Jumlah bahan penolng yang
dipakai dalam produksi
|
Rp.
|
300.000
|
Jurnal pemakaian bahan baku :
Jurnal #3 :
|
||
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan
Baku
|
Rp.5.475.000
|
|
Persediaan Bahan Baku
|
Rp.5.475.000
|
Jurnal pemakaian bahan
Penolong :
Jurnal #4 :
|
||
Barang overhead pabrik
sesungguhnya
|
Rp.300.000
|
|
Persediaan Bahan Penolong
|
Rp.300.000
|
3)
Pencatatan biaya
tenaga kerja.
Upah
langsung untuk pesanan #101
|
225 jam @Rp.4.000
|
Rp.900.000
|
Upah langsung untuk pesanan #102
|
1.250
jam @Rp.4.000
|
Rp.5.000.000
|
Upah tidak langsung
|
Rp.3.000.000
|
|
Jumlah upah
|
Rp.8.900.000
|
|
Gaji Karyawan administrasi dan umum
|
Rp.4.000.000
|
|
Gaji karyawan Bagian Pemasaran
|
Rp.7.500.000
|
|
Jumlah gaji
|
Rp.11.500.000
|
|
Jumlah biaya tenaga kerja
|
Rp.20.400.000
|
Pencatatan biaya tenaga
kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut ini :
a.
Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
Jurnal #5 :
|
||
Gaji dan upah
|
Rp.20.400.000
|
|
Utang Gaji dan upah
|
Rp.20.400.000
|
b.
Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
Jurnal #6 :
|
||
Barang dalam proses-Biaya Tnk Kerja
langsung
|
Rp.5.900.000
|
|
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
|
Rp.3.000.000
|
|
Biaya Administrasi dan umum
|
Rp.4.000.000
|
|
Biaya pemasaran
|
Rp.7.500.000
|
|
Biaya Gajih dan upah
|
Rp.20.400.000
|
c.
Pencatatan pembayaran gaji dan upah
Jurnal #7 :
|
||
Utang Gaji dan upah
|
Rp.20.400.000
|
|
Kas
|
Rp.20.400.000
|
4)
Pencatatan biaya overhead pabrik.
Misalnya biaya
overhead pabrik dibebankan kepada produk atas tarif sebesar 150% dari biaya
tenaga kerja langsung.
Pesanan #101
|
150% x Rp. 900.000
|
Rp. 1.350.000
|
Pesanan #102
|
150% x Rp. 5.000.000
|
Rp. 7.500.000
|
Jumlah biaya overhead pabrik yang
dibebankan
|
Rp.8.850.000
|
Jurnal #8 :
|
||
Barang dalam proses- biaya overhead
pabrik
|
Rp.8.850.000
|
|
Biaya overhead pabrik yang
dibebankan
|
Rp.8.850.000
|
Biaya overhead
pabrik sesungguhnya terjadi :
Biaya
depresiasi mesin
|
Rp.1.500.000
|
Biaya depresiasi gedung pabrik
|
Rp.2.000.000
|
Biaya asuransi gedung pabrik dan
mesin
|
Rp.700.000
|
Biaya Pemeliharaan mesin
|
Rp.1.000.000
|
Biaya Pemeliharaan gedung
|
Rp.500.000
|
Jumlah
|
Rp.5.700.000
|
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi :
Jurnal #9 :
|
||
Biaya overhead pabrik sesungguhnya
|
Rp.5.700.000
|
|
Akumulasi Depresiasi Mesin
|
Rp.1.500.000
|
|
Akumulasi Depresiasi Gedung
|
Rp.2.000.000
|
|
Persekot Asuransi
|
Rp.700.000
|
|
Persediaan Suku Cadang
|
Rp.1.000.000
|
|
Persediaan Bahan Bangunan
|
Rp.500.000
|
Jurnal #10 :
|
||
Biaya overhead pabrik yang
dibebankan
|
Rp.8.850.000
|
|
Biaya overhead pabrik Sesungguhnya
|
Rp.8.850.000
|
Debit :
|
|
Jurnal #4
|
Rp. 300.000
|
Jurnal #6
|
Rp.3.000.000
|
Jurnal #9
|
Rp.5.700.000
|
Rp.9.000.000
|
|
Kredit :
|
|
Jurnal #10
|
Rp.8.500.000
|
Selisih pembebanan kurang
(underapplied)
|
Rp.150.000
|
Jurnal #11 :
|
||
Selisih Biaya overhead pabrik
|
Rp.150.000
|
|
Biaya overhead pabrik Sesungguhnya
|
Rp.150.000
|
5)
Pencatatan harga
pokok produk jadi.
Misalnya pesanan #101 telah
selsesai diproduksi pada akhir periode:
Biaya
Bahan Baku
|
Rp.1.350.000
|
|
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
Rp.900.000
|
|
Biaya overhead pabrik
|
Rp.1.350.000
|
|
Jumlah harga pokok pesanan #101
|
Rp.3.600.000
|
Jurnal #12 :
|
||
Persediaan Produk Jadi
|
Rp.13.600.000
|
|
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan
Baku
|
Rp.1.350.000
|
|
Barang Dalam Proses-Biaya TNK
Langsung
|
Rp.900.000
|
|
Barang Dalam Proses- Biaya overhead
pabrik
|
Rp.1.350.000
|
6)
Pencatatan harga
pokok pesanan dalam proses.
Misalnya pesanan #102 belum
selesai dikerjakan pada akhir periode, harga poko pesanan #102dapat dihitung
dengan menjumlah baiay-biaya produksi yang telah dikeluakan sampai dengan akhir
bulan November 19x1.
Jurnal #13
Persediaan produk dalam proses Rp. 16.625.000
BDP-
Biaya Bahan Baku Rp.
4.125.000
BDP-
Biaya TNK
Langsung Rp. 5.000.000
BDP-
Biaya Overhead Pabrik Rp.
7.500.000
7)
Pencatatan harga
produk yang dijual.
Jurnal #14
Harga Pokok Penjualan Rp. 3.690.000
Persediaan
Produk jadi Rp.
3.690.000
8)
Pencatatan
Pendapatan penjualan produk.
Jurnal #15
Piutang Dagang
Rp. 3.690.000
Hasil Penjualan Rp. 3.690.000
0 komentar: